digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggalian kanal buatan pada lahan gambut telah membuat muka airtanah (MAT) semakin dalam dan menyebabkan zona tidak jenuh semakin tebal. Pada zona ini, pelepasan karbon akibat respirasi aerob untuk dekomposisi bahan organik gambut menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen tata air berupa upaya peningkatan muka airtanah dengan cara mengurangi drainase dengan pembangunan sekat kanal. Setelah sekat dibangun, maka air permukaan pada kanal dapat terbendung dan diharapkan dapat membasahi tanah gambut di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan hubungan antara kenaikan muka air pada saluran kanal dengan MAT di sekitar kanal. Model ini dibangun dari perhitungan neraca air, peta geologi, dan data sekunder lainnya yang dikalibrasi dengan pengukuran MAT saat survei lapangan di 21 titik observasi. Hasil simulasi model aliran airtanah pada studi kasus lahan gambut di Desa Sinarwajo, Provinsi Jambi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi muka air pada kanal, semakin tinggi pula MAT di sekitarnya. Kenaikan MAT ini juga dikontrol oleh geologi di bawah lapisan gambut dan jarak terhadap kanal. Besar kenaikan MAT yang dibutuhkan berbeda-beda karena kondisi MAT pada saat survei pun berbeda-beda. Area kebun sawit merupakan area yang lebih banyak membutuhkan penyekatan kanal. Hasil simulasi model ini dapat memberikan gambaran efektivitas peningkatan MAT sebagai bagian dari upaya restorasi lahan gambut tropis. Penerapan manajemen tata air ini akan berdampak pada perbaikan siklus hidrologi di lahan gambut. Salah satu skenario model menunjukkan jika air dalam kanal dapat dinaikan sekitar 50 cm dari kondisi semula, maka kenaikan MAT di sekitarnya sebesar ±43 cm dari kondisi semula. Dampak lain dari skenario restorasi ini adalah penurunan jumlah karbon yang lepas dari tanah gambut lebih dari 10 mg m-2 jam-1.