Perekonomian dunia sedang mengalami peristiwa disruptive yang luar biasa. Pemain lama
dapat terganti oleh pendatang baru yang masih kecil karena mereka membuat produk yang
sederhana dan jauh lebih murah, dalam hal ini start-up. Start-up adalah perusahaan muda di
bawah usia 3 tahun berbasis digital yang bertujuan untuk mengembangkan model bisnis
yang viable dan menciptakan produk, layanan, platform, atau proses yang inovatif yang
memiliki data riwayat yang sangat terbatas, kecil atau bahkan tidak memiliki pendapatan,
tergantung pada kekayaan atau equity pribadi, dan didominasi oleh aset tidak berwujud
daripada aset berwujud. Fenomena disruptive ini juga dirasakan PT. Telkom sebagai
perusahaan Telekomunikasi terbesar di Indonesia. Untuk merespon perubahan yang cepat
di era ini, Telkom mengubah bisnis legacy-nya menjadi bisnis digital. Pada Januari 2017,
Telkom membentuk program inkubator bernama Amoeba yang terdiri dari beberapa startup
untuk menghasilkan bisnis baru dan solusi untuk masalah yang sedang berlangsung
dengan mengadopsi model lean start-up di mana masing-masing dari start-up melewati
tahapan validasi. Keharusan dalam berinvestasi di Amoeba, Telkom ingin menilai start-up
tersebut untuk menentukan seberapa besar nilai bisnisnya. Namun, menilai start-up digital
akan sedikit berbeda dari bisnis konvensional mengingat karakteristik start-up itu sendiri.
Dengan demikian, penilaian pada start-up yang belum mencapai tingkat profitabilitas
didasarkan pada sejumlah asumsi empiris dalam kondisi ketidakpastian yang cukup besar.
Ada beberapa metode penilaian untuk start-up digital yang muncul seperti Berkus, Risk
Factor Summation, Scorecard Method, Comparable Transactions, Book Value, Liquidation
Value, DCF, First Chicago, and Venture Capital. Sebagian besar literatur menggambarkan
definisi metodologi tersebut, dan ketentuan tentang penghitungan penilaian tetapi hanya
terbatas pada faktor-faktor apa yang sedang dinilai dan berapa banyak nilai yang bisa
didapat oleh start-up. Oleh karena itu, penulis membuat modifikasi pada metode Berkus dan
Risk Factor Summation untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baik mengenai metode
tersebut serta menyederhanakan proses penilaian yang akan dilakukan oleh PT. Telkom.
Perpustakaan Digital ITB