Resistensi antibiotik pada Mycobacterium tuberculosis semakin berkembang sehingga membutuhkan pengembangan obat dengan mekanisme aksi yang baru. Salah satunya yaitu menarget two-component system PhoP-PhoR yang meregulasi gen yang esensial dalam pertahanan hidup M.tuberculosis dalam sel inang dan kerusakannya dapat melemahkan M.tuberculosis. Pada TCS ini PhoR dijadikan sebagai target pengobatan, misalnya menggunakan senyawa yang menghambat homodimerisasinya. Penapisan senyawa tersebut dapat dilakukan dengan dimer-based screening system yang memanfaatkan fusi protein domain sitoplasmik PhoR dengan protein represor AraC (AraC-PhoRMtb). Senyawa penghambat homodimerisasi PhoR mengakibatkan protein represor AraC tidak dapat mengikat promoter araC di hilir gen pelapor EmGFP sehingga dapat berpendar. Salah satu senyawa yang diduga dapat menghambat homodimerisasi tersebut adalah 2’,4-dimetoksi-4’-aliloksicalkon (CMAM), tetapi dilaporkan adanya permasalahan kelarutan. Pada penelitian ini diujikan tiga jenis pelarut organik (DMSO, etanol, lecithin), dengan tujuan menentukan pelarut terbaik dalam melarutkan senyawa CMAM dilihat dari peningkatan pendaran EmGFP pada Escherichia coli BL21(DE3) pAraC-PhoRMtb. Kultur transforman pAraC-PhoRMtb yang memiliki fusi AraCPhoRMtb dikonfirmasi dengan PCR, pengurutan basa DNA, dan SDS-PAGE. Hasil PCR dan pengurutan basa DNA protein fusi menunjukkan kesesuaian dengan sekuens yang diketahui, dan hasil SDS-PAGE menunjukkan pita yang menandakan fusi AraCPhoRMtb diekspresikan. Kemudian dari uji coba dan penyesuaian sistem diperoleh pendaran pAraC-PhoRMtb lebih rendah dari pRSET-AraCDBD (kontrol tanpa PhoR), artinya sistem homodimerisasi PhoR untuk merepresi EmGFP pada pAraC-PhoRMtb berjalan baik. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan CMAM yang terlarut dalam DMSO, etanol, dan dalam bentuk liposom menggunakan lecithin. Pengujian dengan CMAM dalam DMSO menunjukkan semakin tinggi konsentrasi CMAM kuantifikasi pendaran meningkat. CMAM dalam etanol mengakibatkan anomali nilai pendaran akibat efek biologis etanol terhadap sel. Sementara CMAM dalam bentuk liposom menggunakan lecithin diduga tidak berhasil memasuki sel karena tidak dilakukan optimasi ukuran liposom dan konsentrasi lecithin. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa pelarut terbaik untuk melarutkan CMAM pada sistem ini adalah DMSO.