Penentuan massa suatu sistem di alam semesta seperti galaksi ataupun gugus galaksi menjadi topik yang menarik untuk dipelajari para astronom, begitu pula dengan penentuan massa sistem yang ada di galaksi kita seperti gugus bola dan gugus terbuka. Massa obyek-obyek masif seperti galaksi dan gugus galaksi biasanya ditentukan dengan menggunakan teorema virial. Dengan memanfaatkan teorema virial, massa total suatu sistem dapat diturunkan dari data kecepatan. Data kecepatan yang biasa digunakan adalah kecepatan radial karena data kecepatan radial dapat ditentukan dengan baik pada obyek seperti galaksi ataupun gugus galaksi. Namun metode virial memiliki beberapa kekurangan mulai dari hasil yang terkadang bias hingga butuh sampel yang banyak untuk mendapatkan hasil yang baik. Maka dari itu terdapat metode alternatif penentuan massa lain selain menggunakan teorema virial, salah satunya yakni estimasi massa terproyeksi, metode ini memanfaatkan dua komponen kecepatan pada arah radial dan tangensial untuk mengestimasi massa gugus. Kemudian digunakan model gugus bintang hasil simulasi untuk menguji metode penentuan massa yang dipakai, selain untuk mengetahui seberapa besar kesalahan metode tersebut dalam menentukan massa, simulasi ini juga dapat digunakan untuk melihat faktor apa saja yang dapat mempengaruhi adanya kesalahan pada penentuan massa.
Dengan menggunakan kedua metode tersebut telah dapat dihitung massa dari gugus terbuka NGC 2168, NGC 188, dan NGC 6819. Dari hasil perhitungan massa didapatkan bahwa massa virial memberikan hasil massa yang lebih baik dibandingkan metode massa terproyeksi. Nilai massa untuk ketiga gugus menggunakan metode virial berkisar antara ~3000 hingga ~4500 massa Matahari, sedangkan menggunakan metode massa terporyeksi didapatkan massa lebih dari ~25000 massa Matahari.