digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Model NAM, Sacramento, HBV96 dan NRECA merupakan model hujan-limpasan yang menciptakan fungsi hidrologi berdasarkan penyederhanaan langkah algoritma hasil pengamatan peristiwa hidrologi aktual. Pemodelan yang dilakukan dalam studi ini dilakukan dengan basis dua mingguan pada DAS Ciujung tahun 1998-2009 untuk kemudian divalidasi pada tahun 2013-2015. Adapun pemodelan hidrologi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kelayakan penerapan model hidrologi hujan-limpasan mana yang mampu memberikan hasil paling baik dalam mendekati nilai debit observasi di AWLR Pamarayan untuk kemudian dijadikan dasar data ketersediaan air sehingga dapat dilakukan analisis untuk mengetahui gambaran umum alokasi air pada DAS Ciujung. Berdasarkan hasil analisis komparasi model melalui kriteria penilaian kualitatif (hidrograf aliran, kurva durasi aliran dan scatter plot), kuantitatif (kesesuaian probabilitas 50%, 75%, 80%, 90% dan 95%), dan statistik (Bias, Relatif Bias, R Squared, R2 SQRT, Nash-Sutcliffe dan Relative Volume Error), Model NRECA terindikasi lebih baik memodelkan hujan-limpasan pada DAS Ciujung dibanding NAM yang pola aliran rendahnya tidak terbentuk dan cenderung menurun, Sacramento yang kurang cukup sesuai pada fluktuasi aliran rendah serta HBV’96 yang mengalami jeda (lag) dalam pemodelan. Berdasarkan hal tersebut, maka dasar analisis ketersediaan air DAS Ciujung menggunakan model NRECA dengan nilai parameter Nominal = 117,961; Ra = 89,807; PSUB / P1 = 0,600 dan GWF / P2 = 0,500 serta nilai awal (initial values) SM Storage = 300 mm; GW Storage = 75 mm dan Faktor Tanaman = 0,400. Dengan mempertimbangkan kebutuhan air pada DAS Ciujung yang diklasifikasikan untuk pemanfaatan air minum melalui 11 PDAM sebesar 450 liter/detik dan 12 titik industri sebesar 2.090 liter/detik yang besaran keduanya konstan serta Daerah Irigasi Ciujung seluas 21.350 ha yang kebutuhan airnya fluktuatif, diketahui dengan Q80 bahwa neraca air DAS Ciujung adalah defisit selama empat setengah bulan sedangkan berdasarkan rata-rata tahun 1997-2015 adalah defisit selama delapan bulan. Dengan keberadaan Waduk Karian, besaran defisit dan jumlah kejadiannya dapat dikurangi, yakni pada Q80 menjadi hanya satu setengah bulan dan rata-rata tahun 1997-2015 menjadi empat bulan.