digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mochammad Charis - 27115025.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Kesepakatan perdagangan bebas ASEAN Cina (ACFTA) yang mendapat pembebasan bea masuk di Indonesia berpengaruh kepada penjualan produk-produk tradisional di Indonesia, salah satunya adalah produk Tarumpah Tasikmalaya. Produk Tarumpah telah mengalami penurunan secara penggunaan dan penjualannya, data tersebut didapatkan dari hasil wawancara dengan UKM Tarumpah di Tasikmalaya. Produk tradisional Tarumpah disinyalir tidak mampu bersaing dengan produk dari Cina yang murah dengan desain yang modern. Jika keadaan ini dibiarkan maka produk tradisional Tarumpah Tasikmalaya berangsur-angsur akan menghilang karena tidak mampu bersaing dengan produk alas kaki modern yang lebih diinginkan oleh konsumen. Urgensi inilah yang menjadi latar belakang untuk melestarikan produk tradisional Tarumpah melalui pengembangan desain. Penelitian pengembangan desain ini menggunakan pendekatan strategi market pull melalui survei konsumen untuk mendapatkan data selera dan keinginan pasar terhadap produk alas kaki Tarumpah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga mendapatkan hasil penelitian berupa panduan pengembangan produk dan rekomendasi desain yang terbagi secara rentang generasi untuk produsen UKM Tarumpah Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang generasi 15-24 dan 25-34 tahun menginginkan pengembangan desain Tarumpah yang cenderung bergaya modern, rentang generasi 35-44 tahun menginginkan pengembangan desain Tarumpah yang cenderung bergaya eklektik, sedangkan generasi 45 tahun keatas menginginkan pengembangan desain Tarumpah yang cenderung bergaya klasik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dalam mengembangkan sebuah produk tradisi sebaiknya memperhatikan rentang generasi konsumennya karena setiap generasi memiliki selera dan keinginan yang bervariasi.