digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Analisis tingkat serangan Wereng Batang Coklat di Karawang menunjukkan bahwa temperatur sangat mempengaruhi luas serangan di daerah ini. Namun, dalam analisis ini hanya digunakan data iklim dari Stasiun Darmaga yang resolusinya sangat kecil dibandingkan dengan habitat maupun ukuran tubuh WBC. Padahal, data temperatur yang digunakan dalam model prediksi jumlah hama harus berdasarkan kondisi hama tersebut karena banyak penelitian yang menyatakan bahwa data iklim dalam skala spasial besar salah dalam merepresentasikan temperatur habitat makhluk hidup, terutama organisme kecil seperti serangga. Oleh karena itu, dibutuhkan pengurangan ketidakcocokan skala spasial antara data iklim yang digunakan dalam model dengan ukuran tubuh hama. Penelitian ini membandingkan hasil model prediksi kelimpahan Wereng Batang Coklat dengan masukan tiga data temperatur yang memiliki resolusi spasial yang berbeda, yaitu data temperatur global dari database ECMWF, data temperatur lokal yang direkam oleh Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK), serta data temperatur mikro yang diambil secara primer menggunakan logger temperatur khusus di lahan pertanian Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman pada 9 November-19 Desember 2016. Model prediksi kelimpahan Wereng Batang Coklat terdiri dari kurva developmental rate yang dibuat berdasarkan model termodinamik nonlinear Schoolfield. Hasil regresi linier menunjukkan bahwa model prediksi terbaik adalah model dengan masukan data temperatur ECMWF, sedangkan model dengan data temperatur SMPK dan mikro tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi data observasi Wereng Batang Coklat yang tidak berkesesuaian dengan data temperatur serta terdapat faktor lain yang berpengaruh namun tidak disertakan dalam model, seperti migrasi, tingkat ketahanan dan tingkat kesuburan hama.