digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 IKRA SETYA UTAMA (NIM : 12514049)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 IKRA SETYA UTAMA (NIM : 12514049)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 IKRA SETYA UTAMA (NIM : 12514049)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 IKRA SETYA UTAMA (NIM : 12514049)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 IKRA SETYA UTAMA (NIM : 12514049)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA IKRA SETYA UTAMA (NIM : 12514049)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan batubara akan mendominasi program 35.000 MW dengan porsi sebesar 56,97% dari total pembangkit listrik yang direncanakan. Jumlah produksi listrik yang dihasilkan bergantung pada efisiensi pembangkit yang juga dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan operasi. Oleh karena itu, dibutuhkan material yang mampu beroperasi pada kondisi yang ekstrim tersebut. Baja feritik maju dapat dijadikan alternatif pengganti paduan super berbasis nikel untuk penggunaan tertentu. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa Penambahan unsur Molibdenum dapat menghambat pengkasaran presipitat. Pada penelitian ini, dipelajari pengaruh temperatur dan durasi aging pada paduan Fe-14Ni-9Al-7.5Cr-5Mo. Serangkaian percobaan telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi temperatur dan waktu perlakuan panas terhadap evolusi struktur mikro, ukuran partikel presipitat dan fraksi volume presipitat B2 serta nilai kekerasan paduan baja feritik maju. Paduan dengan komposisi 64,5Fe-14Ni-9Al-7,5Cr-5Mo (%berat) dilebur pada Mini Arc Furnace menggunakan retort sehingga membentuk button. Paduan kemudian dipotong dan diberikan perlakuan panas dalam kondisi atmosfir pada temperatur 800, 900, dan 1000oC selama 6,20, dan 48 jam. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik dan scanning electron microscope (SEM). Selanjutnya, nilai kekerasan paduan diuji menggunakan vicker hardness tester. Hasil percobaan menunjukkan aging pada temperatur 800oC, menghasilkan presipitat hierarkis yang cenderung berbentuk kotak. Sedangkan aging pada temperatur 1000oC menghasilkan presipitat berbentuk bulat dengan kahadiran presipitat nano yang tersebar di matriks Fe. Penambahan durasi waktu aging, dari 6 jam menjadi 48 jam, tidak merubah bentuk presipitat. Paduan Fe-Ni-Al-Cr-Mo dengan ageing pada temperatur 800oC, memiliki fraksi volume yang relatif rendah, yaitu 20.56% saat 6 jam, kemudian naik sedikit pada waktu 48 jam menjadi 20.97%. Sedangkan, ageing pada temperatur 1000oC selama 6 jam memiliki fraksi volume 27.85% dan naik menjadi 33.27% saat ageing selama 48 jam. Paduan Fe-Ni-Al-Cr-Mo dengan ageing pada temperatur 1000 oC memiliki ukuran presipitat yang lebih besar daripada temperatur 800oC. Semakin lama waktu ageing ukuran presipitat juga semakin besar. Peningkatan waktu dan temperatur ageing meningkatkan nilai kekerasan paduan.