2018 TS PP FILDZAH ISTIQOMAH MARDHATI DUKALANG 20516034 1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor 2018_TS_PP_FILDZAH_ISTIQOMAH_MARDHATI_DUKALANG_1-_COVER.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor 2018_TS_PP_FILDZAH_ISTIQOMAH_MARDHATI_DUKALANG_1-_BAB1.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor 2018_TS_PP_FILDZAH_ISTIQOMAH_MARDHATI_DUKALANG_1-_BAB2.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor 2018_TS_PP_FILDZAH_ISTIQOMAH_MARDHATI_DUKALANG_1-_BAB3.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor 2018_TS_PP_FILDZAH_ISTIQOMAH_MARDHATI_DUKALANG_1-_BAB4.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor 2018_TS_PP_FILDZAH_ISTIQOMAH_MARDHATI_DUKALANG_1-_BAB5.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor 2018_TS_PP_FILDZAH_ISTIQOMAH_MARDHATI_DUKALANG_1-_PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Latifa Noor
Biokorosi di habitat terestrial dan marinal telah banyak diteliti termasuk
keterlibatan bakteri pereduksi sulfat yang menjadi perhatian khusus baik dalam
industri perminyakan dan gas. Salah satu bakteri pereduksi sulfat yang memicu
terjadinya biokorosi adalah Thiobacillus ferrooxidans. Aktifitas metabolisme
mikroorganisme tersebut yang hidup di sekitar permukaan logam akan
membentuk suatu lapisan biofilm yang lebih korosif dari lingkungan semula.
Pencegahan dengan menggunakan biosida menjadi metode yang paling efektif
namun secara ekonomis terbilang mahal, sulit untuk didegradasi dan bersifat
beracun yang apabila digunakan secara terus menerus akan membahayakan
industri dan lingkungan. Pemanfaatan ekstrak tumbuhan yang kaya akan senyawa
bioaktif dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi biokorosi.
Pada penelitian ini mengkaji efektivitas ekstrak metanol makroalga Gracilaria
edulis yang diperoleh dari Pantai Sayang Heulang Kecamatan Pamengpeuk
Kabupaten Garut Jawa Barat sebagai kandidat inhibitor biokorosi baja karbon
dalam media air laut.Penelitian diawali dengan proses ekstraksi Gracilaria edulis yang dilakukan
dengan menggunakan metode ekstraksi Folch dengan komposisi pelarut
(kloroform: metanol: buffer fosfat, 2: 1: 0,8 (v/v)) menggunakan shaker pada suhu
25oC selama 24 jam. Dari hasil ekstraksi didapat dua fasa yaitu fasa metanol-air
dan fasa kloroform, dengan persentase randemen fasa metanol-air sebesar 3,52%.
Selanjutnya dilakukan pemisahan ekstrak kasar fasa metanol-air menggunakan
kromatografi kolom dengan silika G-60 7733 dengan gradien eluen bertahap nheksan:
aseton (8:2, 5:5, 2:8 (v/v)) dan metanol p.a. Dari hasil pemisahan
dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer UV dengan rentang panjang
gelombang 190-400 nm dan didapatkan lima fraksi gabungan (Fraksi A-Fraksi E).
Untuk kultur bakteri T. ferrooxidans dilakukan kultivasi dan peremajaan bakteri
yang dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan kultur bakteri yang mampu
bertahan hidup dan pH media diatur pada rentang 2,5-3,0. Bakteri tumbuh
optimum (fasa logaritmik) pada hari ke-4 sampai hari ke-8. Bakteri kemudian
diadaptasi pada media yang ditambahkan natrium klorida secara bertahap dari kemudian digunakan untuk uji kualitatif kemampuan inhibisi biokorosi ekstrak
kasar fasa metanol-air, fraksi C dan fraksi E dengan menggunakan paku komersial
dalam media padat T. ferrooxidans dan diinkubasi selama empat hari pada suhu
ruang dan keadaan gelap. Uji kuantitatif terhadap kemampuan inhibisi biokorosi
dilakukan menggunakan metode weight-loss dengan menambahkan 0,5% (Biosida
glutaraldehida, ekstrak kasar metanol-air, fraksi C dan fraksi E) (v/v) dan dikocok
pada suhu ruang dengan kecepatan 150 rpm selama 96 jam pada keadaan gelap.
Hasil uji menunjukkan laju korosi fraksi C sebesar 12,14 ± 1,09 mpy dan fraksi E
sebesar 13,94 ± 1,82 mpy untuk media NaCl 2,5% sedangkan laju korosi fraksi C
sebesar 10,73 ± 3,63 mpy dan fraksi E sebesar 11,72 ± 0,59 mpy untuk media air
laut. Sebelum dilakukan analisis lanjutan variasi konsentrasi inhibitor, dilakukan
penentuan kadar TPC (Total Phenolic Content) untuk mengetahui kadar senyawa
fenolik pada ekstrak kasar metanol-air, fraksi C dan fraksi E dan didapat kadar
TPC masing-masing sebesar (410,77 ; 285,30 ; 309,51) (mg/gr GAE). Selanjutnya
dilakukan penentuan konsentrasi optimum fraksi C dan fraksi E dalam
menginhibisi biokorosi. Hasil uji optimasi konsentrasi menunjukkan laju korosi
terkecil fraksi C terdapat pada kadar TPC 0,2 mg/mL baik pada media NaCl 2,5%
maupun media air laut yang masing-masing memiliki laju korosi sebesar 12,91
mpy dan 8,09 mpy. Untuk fraksi E konsentrasi optimum terdapat pada kadar TPC
0,4 mg/mL (media NaCl 2,5%) dengan laju korosi sebesar 14,32 mpy dan kadar
TPC 0,1 mg/mL (media air laut) dengan laju korosi sebesar 12,14 mpy. Dengan
menggunakan konsentrasi optimum fraksi C diuji daya tahan inhibisinya selama
384 jam dan didapat hasil bahwa fraksi C memiliki daya tahan dalam
menginhibisi paling maksimum selama 8 hari (192 jam).Analisis morfologi lempeng baja karbon menggunakan SEM dan EDS
menunjukkan hasil bahwa sel bakteri T. ferrooxidans membentuk suatu lapisan
biofilm di permukaan lempeng baja karbon dengan densitas yang terlokalisasi
namun mendominasi sebagian besar permukaan lempeng baja karbon dan ketika
dilakukan penambahan inhibitor citra SEM memperlihatkan lempeng baja karbon
tersebut membentuk suatu lapisan tipis yang melindungi permukaan logam dan
menurunkan kelarutan besi sulfida dalam air. Hasil pengujian menggunakan alat
EDS juga mendeteksi adanya unsur sulfur dan terjadinya penurunan persentase
massa unsur besi pada lempeng baja karbon tanpa inhibitor. Identifikasi senyawa
yang terkandung dalam fraksi C dan fraksi E melalui spektrofotometer UV
menunjukkan bahwa fraksi C memiliki puncak serapan maksimum yang khas
untuk golongan senyawa asam fenolat dan fraksi E memiliki puncak serapan yang
khas untuk golongan senyawa fenolik kelompok flavonoid.
Perpustakaan Digital ITB