ABSTRAK ERMAN TRITAMA
PUBLIC yana mulyana COVER ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana BAB 1 ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana BAB 2 ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana BAB 3 ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana BAB 4 ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana BAB 5 ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana BAB 6 ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA ERMAN TRITAMA NIM : 30714001
PUBLIC yana mulyana
Penyakit tifoid merupakan penyakit sistemik yang diakibatkan Salmonella
enterica serovar Typhi (S. enterica ser. Typhi) yang menjadi masalah kesehatan
umum di negara berkembang. Vaksin tifoid konjugat merupakan vaksin ideal
untuk melindungi dari penyakit tifoid, karena kemampuannya menghasilkan
respon imun melalui T dependent. Penggunaan vaksin tifoid konjugat
direkomendasikan oleh strategic advisory group of experts on immunization
(SAGE) untuk diberikan pada bayi dan anak usia 6 bulan ke atas. Vaksin tifoid
konjugat yang saat ini beredar menggunakan tetanus toksoid (TT) sebagai protein
pembawa memiliki rendemen kecil, kelarutan kurang baik dan depolimerisasi
selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan vaksin tifoid
konjugat berkualitas, aman, berkhasiat dan terjangkau dengan mempelajari peran
protein pembawa dan adjuvan terhadap respon imun kapsul polisakarida S.
enterica ser. Typhi. Karakterisasi terhadap S. enterica ser. Typhi strain C6524
dilakukan untuk melihat kemampuan produksi polisakarida Vi (Vi), dengan
melakukan pengamatan gen pengkode Vi menggunakan polymerase chain
reaction (PCR) dan kemampuan dalam mengaglutinasi antiserum Vi. Vi crude
diperoleh melalui kultivasi S. enterica ser. Typhi strain C6524 pada fermentor 20
L dengan waktu 12 ± 1 jam, agitasi 100 ± 10 rpm dan 32 ± 1 ºC, dilanjutkan
dengan inaktivasi kultur menggunakan formalin 37% sebanyak 3,6 ml/L disertai
pengocokkan pada 200 ± 10 rpm selama 20 menit. Vi murni diperoleh dengan
memurnikan Vi crude menggunakan kombinasi filtrasi dan fraksionasi etanol.
Konjugat dibuat menggunakan metoda Robins/Kossazka antara Vi dengan protein
toksoid difteri (DT), TT dan hepatitis b surface antigen (HB) yang telah
diderivatisasi menggunakan adipic acid dihydrazide (ADH) menghasilkan
konjugat Vi-DT, Vi-TT dan Vi-HB. Proses pembentukan konjugat diamati setiap
jam menggunakan high performance liquid chromatography-size exclusion
chromatography (HPLC-SEC). Rendemen diperoleh dengan membandingkan
konsentrasi Vi sebelum dan setelah konjugasi yang diperoleh dengan mengukur
konsentrasi Vi dengan high performance anion exchange chromatography-pulse
amperometric detector (HPAEC-PAD). Rendemen proses konjugasi (%) untuk
Vi-DT, Vi-TT dan Vi-HB adalah 55,84 ± 2,4; 28,68 ± 2,46 dan 4,44 ± 0,98.
Produk akhir dibuat dengan memformulasikan konjugat dengan adjuvan
ii
alumunium fosfat (AlPO4), adjuvan alumunium hidroksida (AlOH) dan dengan
phosphate buffer saline (PBS) sebagai kontrol. Produk akhir kemudian
disuntikkan pada mencit galur Balb/c usia kurang dari 6 minggu sebanyak 2 kali
pemberian dengan interval waktu 2 minggu. Respon imun diamati dengan
mengukur titer anti Vi IgG dengan metoda Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
(ELISA) setiap interval waktu 2 minggu setelah penyuntikan. Analisis diperluas
dengan melakukan karakterisasi ekspresi sitokin sel T CD4
+
menggunakan
pewarnaan intraselular sitokin dan flow cytometri pada akhir pengamatan. Pada
penyuntikan pertama titer anti Vi IgG yang dihasilkan produk akhir yang
mengandung konjugat lebih dari 4 kali yang dihasilkan oleh produk akhir yang
hanya mengandung Vi yaitu secara berurutan dari urutan tertinggi sampai terkecil
adalah Vi-TT (AlPO4) (109,368x); Vi-DT (AlOH) (63,771x); Vi-TT (AlOH)
(57,557x); Vi-DT (AlPO4) (53,002x); Vi-TT (PBS) (37,691x); Vi-DT (PBS)
(31,864x); Vi-HB (AlPO4) (16,124x); Vi-HB (AlOH) (5,611x) dan Vi-HB (PBS)
(5,124x). Pada penyuntikan kedua terlihat bahwa semua vaksin memberikan efek
booster kecuali Vi-TT (PBS) yang tidak memberikan efek booster. Efek booster
terbesar untuk vaksin dengan adjuvan dihasilkan oleh Vi-TT (AlOH) sedangkan
untuk vaksin tanpa adjuvan dihasilkan oleh Vi-DT (PBS). Kelompok mencit yang
disuntik Vi-TT (AlOH) dan Vi-DT (PBS) menghasilkan ekspresi sitokin
interleukin (IL)-4 yang lebih besar dibandingkan kelompok lain yang berkorelasi
positif dengan titer anti Vi IgG yang dihasilkan sampel tersebut. Penelitian ini
berhasil memperlihatkan bahwa untuk menghasilkan vaksin tifoid konjugat yang
berkualitas, berkhasiat dan terjangkau dipengaruhi langsung oleh protein
pembawa. Protein pembawa yang tepat untuk menghasilkan tujuan tersebut adalah
DT. Penggunaan adjuvan dapat membantu meningkatkan respon imun dan
adjuvan terbaik yang dapat digunakan untuk vaksin tifoid konjugat adalah AlOH.