Lapangan minyak dan gas bumi Tanggulangin terletak di Cekungan Jawa Timur Utara, merupakan salah satu daerah penting di Cekungan Jawa Timur Utara, yang mulai dieksplorasi pada tahun 2001 dan telah menghasilkan minyak dan gas bumi yang signifikan bagi PT. Lapindo Brantas. Sehingga sangat perlu untuk mengoptimalkan produksi di lapangan Tanggulangin melalui pengeboran tambahan atau analisis geologi dan geofisika yang lebih terperinci. Area penelitian ini meliputi daerah Tanggulangin, Wunut, Banjarpanji dan Porong, yang sudah dikenal sebagai daerah tekanan luap. Pengeboran lima sumur sudah dilakukan sejak 2001 di lapangan Tanggulangin sudah meninggalkan banyak masalah dan pembelajaran yang perlu diteliti untuk pembekalan dalam operasi pengeboran tambahan di masa yang akan datang. Beberapa permasalahan tersebut adalah gas kick, stuck pipe, mud losses, sloughing shale, overpull, tight section, ballooning effect, dan mud flowing, yang sangat umum terjadi pada zona tekanan luap. Hal-hal ini jika tidak diwaspadai dan ditanggulangi dapat menuntun kepada terjadinya peristiwa semburan (blow out) pada satu sumur. Semburan merupakan suatu peristiwa pelepasan fluida dari dalam sumur bor setelah sistem pengatur tekanan tidak berfungsi atau proses pergerakan fluida dari dalam formasi ke dalam lubang bor yang tidak dapat dikendalikan. Semburan dapat disebabkan oleh suatu kondisi yang disebut sebagai tekanan luap (overpressure), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kondisi tekanan yang lebih besar dari tekanan hidrostatis.
Tekanan luap disebabkan oleh ketidakmampuan fluida di dalam formasi batuan untuk melarikan diri sebagai respons terhadap pertambahan penimbunan. Kestabilan lubang bor adalah merupakan permasalahan sumur-sumur miring dan horizontal di daerah yang sangat tertekan, seperti batupasir lepas dan batuan karbonat lemah. Ketidakstabilan kondisi sumur bisa diawali oleh pembesaran diameter lubang bor sampai dinding sumur yang runtuh. Hal ini semua berkaitan dengan properti mekanis (kekuatan dan proses deformasi oleh pengaruh tekanan), properti dari lumpur pengeboran, medan tekanan insitu, dan lamanya proses
deformasi yang berlangsung. Tesis ini juga membahas analisis geomekanik untuk digunakan pada analisis kestabilan lubang bor.
Perkembangan model tekanan luap adalah didasarkan pada metode Eaton dengan menggunakan data rekaman petrofisika dari sumur dan juga data kecepatan interval seismik. Analisis menunjukkan adanya hubungan dan korelasi yang kuat antara zona tekanan luap yang dihasilkan dari rekaman petrofisika dan data seismik. Sehingga sangat beralasan untuk menggunakan data seismik dalam penentuan zona tekana luap pada interval yang lebih dalam. Model geomekanika adalah merupakan penelitian yang terintegrasi antara tegasan, tekanan pori, sifat-sifat fisik batuan dan juga fluida, struktur yang terdapat di daerah penelitian baik dari regional maupun dari penampang seismik, batuan penutup dan batuan induk, dan formasi batuan yang berada di atas target reservoir. Parameter geomekanika diantaranya adalah tegasan vertikal (Sv), tekanan pori (Pp), tegasan horizontal minimum (Shmin), tegasan horizontal maksimum (SHmax) dan kekuatan batuan, yang akan digunakan untuk menentukan rezim tektonik di daerah penelitian. Arah dari tegasan horizontal dan rezim tektonik akan berguna dalam penentuan arah optimum pengeboran sumur-sumur miring dan horizontal di daerah Tanggulangin untuk memperkecil permasalahan kestabilan lubang bor di dalam sumur.
Rezim tektonik di daerah Tanggulangin adalah strike slip – reverse, yang memiliki arah Shmin sebesar 900 - 1100. Pengeboran sumur vertikal akan kurang stabil daripada sumur miring, dan pengeboran searah dengan arah SHmax akan lebih stabil untuk sumur miring dan horizontal. Hasil model tekanan luap dari hasil analisa data kecepatan interval seismik pada penampang lintasan seismik memperlihatkan zona tekanan luap dengan bentuk seperti gunung lumpur yang sebagian dipotong oleh beberapa sumur. Sumur-sumur yang memotong zona tekanan luap (WNT-2, BJP-1, PRG-1) menghadapi pernasalahan yang signifikan dalam hal kestabilan lubang bor. Sumur-sumur yang tidak memotong zona tekanan luap cenderung lebih stabil dan memiliki permasalahan lubang bor yang kecil. Penelitian ini menyimpulkan bahwa zona tekanan luap dan kestabilan lubang bor sangat berkorelasi dan berhubungan satu dengan yang lain.