Berdasarkan Pasal 22 UU Nomor 4 Tahun 2011 diatur bahwa Badan Informasi Geospasial (BIG) bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar (IGD). BIG dituntut untuk menyediakan peta topografi dalam berbagai skala untuk seluruh wilayah Indonesia dalam waktu yang singkat. Informasi ketinggian atau elevasi pada peta topografi dapat diturunkan dari data DEM. Data DEM dapat diperoleh dari ekstraksi CSRT. Penggunaan CSRT, seperti Satelit Pleiades, dapat menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat dipertimbangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji prosedur dalam pembuatan DEM secara otomatis sehingga menghasilkan DEM yang mempunyai error paling kecil.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya melakukan pemodelan sensor, melakukan generate tie point secara otomatis, kemudian melakukan ekstraksi DEM secara otomatis. Pemodelan sensor yang digunakan adalah Rational Function Model (RFM) dengan menggunakan parameter RPC. Informasi Ground Control Point (GCP) dan Independent Control Point (ICP) digunakan untuk memperbaiki RFM. Automatic tie point generation dilakukan dengan mencocokkan objek yang sama diantara kombinasi citra tri stereo satelit Pleiades. Kemudian proses ekstraksi DEM secara otomatis dapat dilakukan.
Hasil ekstraksi DEM berupa data point cloud dan data mesh yang kemudian diuji dengan membandingkan model yang satu dengan yang lain untuk dicari kombinasi data citra Pleiades mana yang mempunyai nilai error paling kecil diantara semuanya. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa kombinasi citra tri-stereo dalam ekstrasi model DEM memiliki tingkat keakurasian yang lebih rendah daripada konfigurasi pasangan citra backward – nadir. Akan tetapi penggunaan citra tri-stereo masih lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan konfigurasi pasangan citra forward – nadir.