digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk tentunya akan diiringi dengan bertambahnya kebutuhan akan air bersih. Diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi yaitu 2,38% (BPS Kota Bogor, 2017) maka diperlukan penambahan kapasitas pada infrastruktur air bersih dari produksi, transmisi, dan distribusi sehingga dibutuhkan evaluasi dan penentuan strategi terkait hal tersebut. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan jangka panjang, pembentukan District Meter Area (DMA) dibutuhkan sebagai upaya penekanan angka kehilangan air. Proyeksi kebutuhan air untuk 20 tahun hingga tahun 2038 adalah 422 L/detik sehingga sumber air eksisting yaitu Mata Air Tangkil sudah tidak dapat menutupi kebutuhan tersebut. Diperlukan beberapa sumber air tambahan yaitu dari IPA Katulampa dan IPA Dekeng. Bertambahnya air yang didistribusikan seiring dengan adanya perancangan ulang jaringan distribusi. Terdapat 3 alternatif yang disimulasikan dengan EPANET 2.0 dan dilakukan pemilihan alternatif menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) dengan jumlah penambahan dan penggantian pipa adalah 41 jaringan perpipaan dengan total kebutuhan pipa HDPE, Ductile Iron, dan PVC masing-masing adalah 14.760 m, 4.686 m, dan 900 m, perubahan PRV Villa Tajur dari 2 bar menjadi 4 bar, 4 pompa di Rancamaya dipasang seri dengan kapasitas 108 L/detik dan tekanan 97 m, serta pemasangan Reservoir Katulampa pada ketinggian +410m dengan volume 1.500 m3. Dari alternatif terpilih dapat dibentuk 16 buah sub DMA yang dikelompokan menjadi 4 DMA besar untuk memudahkan pengontrolan angka kehilangan air. Biaya untuk pengadaan dan pemasangan pipa adalah sekitar 43 Milyar Rupiah dengan pertambahan 29 ribu sambungan rumah baru.