digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kinerja pencahayaan dalam ruang diperngaruhi tidak hanya oleh iluminansi rata-rata pada suatu bidang kerja (Eavg), tetapi juga kemerataannya (U) dan eksitansi rata-rata permukaan ruang (MRSE). Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) memiliki dua laboratorium uji beton (barat dan timur) yang kinerja pencahayaannya belum memenuhi standar pencahayaan SNI 03-6197-2000 (Eavg, 300 lx), IESNA (U, 1:3), dan rekomendasi MRSE (Cuttle, 2008) yaitu 100-300 lm/m2. Pada studi kasus ini, dilakukan pengoptimalan pencahayaan alami dengan menghilangkan langit-langit gantung dari kedua laboratorium. Hasil pengoptimalan pencahayaan alami menunjukkan bahwa target DA200lx 50% dan profil MRSE200lm/m2 50% tercapai pada mayoritas daerah laboratorium timur dan minoritas daerah laboratorium barat. Pengoptimalan pencahayaan buatan dilakukan supaya target kinerja pencahayaan tercapai meski kondisi pencahayaan alaminya buruk dengan menentukan posisi luminer pada tiap zona menggunakan algoritma genetik. Didapatkan koordinat posisi lampu yang optimal pada kedua laboratorium dengan target Eavg, U, dan MRSE pada sebagian besar zona tercapai. Kemudian dilakukan integrasi antara keduanya dengan pengaturan penjadwalan pencahayaan buatan yang didasarkan pada profil MRSE dan DA hasil solusi pengoptimalan pencahayaan alami dengan sistem integrasi saklar nyala/mati manual. Sistem integrasu ini memberikan nilai konsusmsi energi tahunan sebesar 1,0 kWh/m2/tahun untuk laboratorium timur dan 9,9 kWh/m2/tahun untuk laboratorium barat. Hasil ini memenuhi standar menurut EN 15193:2007: 42,1 kwh/m2/tahun.