digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Di sebagian besar wilayah Indonesia, permintaan tenaga listrik telah berkembang pesat sejak dua dekade terakhir. Untuk memenuhi permintaan ini, Pemerintah Indonesia berencana membangun sejumlah pembangkit listrik. Program ini dibagi menjadi dua tahap atau Fast Track Program (FTP), Proyek 10.000 MW Project Batch I dan 10.000 MW Project Batch II. Dalam keadaan ini, PT. PLN (Persero) sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga air baru di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Di daerah ini PLN berniat membangun pembangkit listrik tenaga air Jatigede dengan kapasitas terpasang 110 MW (2 x 55 MW). Kontraktor yang mengerjakan pembangunan Proyek PLTU Jatigede Hydro adalah Konsorsium Sinohydro-PP. Asisten Desain & Konstruksi ditangani oleh PLN Enjiniring dengan sub Konsultan dari Fichtner. Salah satu jalur kritis konstruksi adalah penggalian terowongan headrace. Penggalian terowongan headrace ini terutama disebabkan oleh kondisi geologi yang tidak terduga dan perubahan besar batuan di sekitar terowongan, yang mengakibatkan kemajuan penggalian yang lamban. Untuk mengurangi tekanan periode konstruksi yang diakibatkan oleh terowongan headrace pada keseluruhan proyek, Diperlukan adanya alternatif solusi untuk mengejar jadwal pekerjaan yang tertinggal. Target awal pada kontrak adalah 2.53m/hari. Pada awal pelaksanaan tidak terjadi permasalahan pada produktivitas dan dapat mencapai 6m/.hari. Permasalahan muncul saat menemui kondisi geologi yang buruk di dalam tanah yang mengakibatkan produktivitas galian menjadi 1m/hari. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis akar penyebab (Root Cause Analysis). Pemecahan masalah alternatif yang dihasilkan adalah dari hasil analisis. Beberapa alternative solusi kemudian diberikan prioritas dengan menggunakan matriks prioritas. Perubahan metode kerja diputuskan untuk menjawab masalah produktivitas dan secara otomatis akan memberikan satu set solusi (pernambahan sumber daya manusia, penambahan sumber daya peralatan, penambahan sumber daya material). Solusi yang diharapkan juga mempertimbangkan faktor keselamatan konstruksi, ekonomi dan jadwal konstruksi. Dengan menggabungkan survei lokasi, tata letak terowongan kepala, kondisi tanah, medan di sepanjang terowongan kepala, ruang lingkup pembebasan lahan oleh pemilik bendungan dan data penyelidikan geologi tambahan, perubahan metode yang digunakan adalah dengan menambah muka pekerjaan dari portal baru yaitu Adit Tunnel No.3. Saat ini Adit Tunnel No.3 belum mencapai lokasi headrace tunnel, perbaikan produktivitas sementara dari penggalian Adit Tunnel itu sendiri adalah 2,1 m / hari. Saving yang didapat dari perubahan metode kerja adalah 254.5 milyar rupiah, dan biaya adalah 27.3 milyar rupiah (asumsi biaya telah disepakati antara kontraktor dengan PLN). Dari analisa tersebut kita bisa mendapatkan benefit cost ratio adalah 254.5 milyar rupiah / 27.3 milyar rupiah atau B/C ratio = 9.32