digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kegiatan industri seperti industri migas terkadang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan antara lain berupa tanah terkontaminasi minyak bumi karena terjadinya tumpahan, kebocoran, dan lain-lain. Bioremediasi merupakan salah satu teknologi yang telah banyak digunakan untuk mengolah limbah tersebut. Salah satu faktor pembatas dalam penerapan bioremediasi adalah kondisi tanah yang kurang kondusif bila diolah secara biologis. Perbaikan kondisi tanah seperti penambahan bulking agent dapat dilakukan agar tekstur tanah membaik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan bulking agent pada tipe tekstur tanah yang berbeda dalam proses bioremediasi tanah terkontaminasi minyak bumi dalam skala laboratorium serta menentukan variasi optimum dalam menerapakan teknik composting pada sampel tanah yang diolah. Bioremediasi dengan teknik composting dilakukan pada dua jenis tipe tanah yaitu loamy sand (S) dan silty clay loam (C) yang memiliki nilai kapasitas tahanan air yang berbeda. Bulking agent yang ditambahkan yaitu campuran daun kering dan potongan rumput serta potongan kayu (wood chips) dengan rasio penambahan volumerik terhadap tanah 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Pengaruh penambahan bulking agent pada penelitian ini tidak terlihat secara signifikan dilihat dari penurunan konsentrasi TPH pada reaktor dengan penambahan bulking agent tidak berbeda jauh dengan reaktor kontrol pada masing-masing tanah. Meski begitu, variasi optimum dalam proses bioremediasi yang dijalankan merupakan variasi dengan penambahan bulking agent yang menunjukkan nilai laju degradasi TPH tertinggi pada masing-masing tanah. Untuk tanah S, variasi proses bioremediasi dengan penambahan bulking agent campuran daun kering dan potongan rumput dengan rasio tanah:bulking agent = 4:1 dipilih sebagai variasi optimum dengan nilai laju degradasi TPH (k) 0,0257 %berat kering/hari. Sementara, penambahan bulking agent campuran daun kering dan potongan rumput dengan rasio tanah:bulking agent = 3:1 dalam proses bioremediasi pada tanah C dipilih sebagai variasi optimum untuk dijalankan dengan nilai laju degradasi TPH (k) 0,0191 %berat kering/hari.