Baja merupakan paduan logam yang banyak digunakan dalam kebutuhan hidup sehari-hari mulai dari peralatan kerja, peralatan rumah tangga, konstruksi, jembatan, peralatan pertahanan dan sebagainya. Oleh karena itu produksi baja tiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2011, baja dunia yang diproduksi mencapai 1,5 milyar ton, naik sebanyak 6,8 % dari tahun 2010. Hal tersebut menjadikan baja sebagai komoditas yang penting.
Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang memproduksi baja. Salah satunya PT Krakatau Steel. PT Krakatau Steel memiliki 10 EAF yang terdiri dari 4 EAF yang ditempatkan di BSP, 4 EAF di SSP 1 dan 2 EAF yang di SSP 2. EAF yang terdapat di SSP 2 dilengkapi dengan oxy-fuel burner yang menggunakan teknologi “Cojet ( Coherent Jet)”.Sehingga, siklus tap-to-tap pada SSP 2 lebih cepat dibandingkan dengan SSP 1. Pemasangan oxy-fuel burner dapat menurunkan kebutuhan energi listrik (kWh/ton baja cair) karena sebagian energi disuplai oleh energi kimia dari pembakaran gas alam. Oleh karenanya perbandingan pola tap operasi serta kebutuhan energi spesifik listrik dan kimia untuk peleburan di EAF SSP 1 dan SSP 2 perlu dilakukan.
Perhitungan kebutuhan energi listrik dan energi kimia dilakukan dengan membuat neraca massa dan neraca energi. Dari data industri didapatkan bahwa energi listrik spesifik SSP 2 lebih besar dari SSP 1 sehingga pemakaian oxy-fuel burner tidak mengurangi penggunaan energi listrik, tetapi hanya mempercepat proses peleburan. Kemudian energi kimia yang dihasilkan dari peleburan di SSP 2 lebih besar daripada SSP 1, biaya listrik dan gas alam dari penggunaan oxy-fuel burner pun tidak jauh berbeda dengan energi listrik yang digunakan di SSP 1. Sehingga disarankan peleburan dengan menggunakan EAF memakai oxy-fuel burner.