digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri pengolahan hasil kelautan dan perikanan Indonesia dalam kurun tahun 2010-2014 terus mengalami perkembangan dengan rata-rata peningkatan sebesar 15,2% per tahun. Salah satu industri yang berkontribusi kepada perkembangan tersebut adalah industri kerupuk. Permintaan produk kerupuk mengalami peningkatan, baik dalam dan luar negeri, sebagaimana yang terjadi pada Pabrik Kerupuk Sri Tanjung. Sejak berdiri pada 1997 Pabrik Kerupuk Sri Tanjung telah mengalami peningkatan produksi dan penjualan produk sebesar 600%. Pabrik tersebut memproduksi tiga varian kerupuk ikan, berdasarkan jenis dan komposisi ikan yang digunakan. Saat ini, pabrik ini mengalami permasalahan inventori, yaitu banyak bahan baku yang menumpuk di gudang. Dalam tahun 2016, terjadi penumpukan bahan baku yang sebesar Rp 1.130.728.540. Kondisi ini terjadi karena ketidakadaan rencana produksi yang jelas dan manajemen inventori yang hanya mengandalkan intuisi pengelola. Untuk solusi permasalahan tersebut, Pabrik Kerupuk Sri Tanjung membutuhkan rencana produksi dan kebijakan inventori untuk bahan baku yang jelas. Berdasarkan karakteristik bahan baku dari Pabrik Kerupuk Sri Tanjung yang terdiri atas common material dan unique material, akan dibuat MRP perencanaan kebutuhan dan pemakaian bahan baku sebagai rencana produksi. Penentuan kebijakan inventori Pabrik Kerupuk Sri Tanjung menggunakan model probabilistik karena karakteristik permintaan pabrik tersebut memiliki pola probabilistik. Kebijakan inventori ditentukan dengan menggunakan model Q dan penyesuaian model P multi item dan penyesuaian model crashing lead time. Hasil dari model Q berupa ukuran lot pemesanan dan reorder point. Hasil penyesuaian model P multi item berupa waktu antar pemesanan dan inventori maksimum untuk bahan baku yang berasal dari pemasok yang sama. Hasil penyesuaian model crashing lead time berupa ukuran lot pemesanan, reorder point, dan lead time optimum. Kebijakan inventori terbaik dipilih berdasarkan kriteria total ongkos minimum untuk masing-masing bahan baku dan pemasok. Kebijakan inventori terpilih akan menjadi dasar penyusunan MRP untuk setiap bahan baku untuk acuan rencana produksi. Penelitian ini menghasilkan solusi untuk permasalahan pada Pabrik Kerupuk Sri Tanjung sebagai berikut: solusi untuk bahan baku tapioka menggunakan kebijakan inventori penyesuaian model crashing lead time; solusi untuk bahan baku ikan jenis 1 menggunakan kebijakan inventori model Q kehilangan penjualan; solusi untuk bahan baku ikan jenis 2 menggunakan kebijakan inventori model Q backorder; solusi untuk bahan baku dari Pemasok 3 dan Pemasok 4 menggunakan kebijakan inventori penyesuaian model P backorder. Solusi yang diajukan penelitian ini menurunkan total ongkos inventori sebesar 11,32%, yaitu dari Rp 5.044.434.933,73 menjadi Rp 4.473.414.962,12 dan penumpukan bahan baku sebesar 25,06% dari 25.006,90 kg menjadi 18.740,30 kg. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan MRP yang dapat digunakan untuk melakukan perencanaan produksi dan pengendalian pembelian bahan baku.