2016 TA PP HUSNI HABIL 1-COVER.pdf
PUBLIC suwadji 2016 TA PP HUSNI HABIL 1-BAB 1.pdf
PUBLIC suwadji 2016 TA PP HUSNI HABIL 1-BAB 2.pdf
PUBLIC suwadji 2016 TA PP HUSNI HABIL 1-BAB 3.pdf
PUBLIC suwadji 2016 TA PP HUSNI HABIL 1-BAB 4.pdf
PUBLIC suwadji 2016 TA PP HUSNI HABIL 1-BAB 5.pdf
PUBLIC suwadji 2016 TA PP HUSNI HABIL 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC suwadji
Meningkatnya kejadian longsor memicu perkembangan penelitian terkait longsor dalam upaya mereduksi akibat yang ditimbulkannya. Dalam mengembangakan sistem mitigasi longsor, dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor pergerakan tanah (mekanika) diantaranya adanya kemiringan lereng, curah hujan, gaya gesek, dan gaya gravitasi pada lereng. Dari faktor tersebut didesain sistem yang terdiri dari sensor pendeteksi kemiringan dan kelembaban tanah yang diuji cobakan pada model longsor yang telah dirancang. Sensor pendeteksi kemiringan yang digunakan adalah sensor akselerometer dengan tipe MMA8451Q. Sensor MMA8451Q adalah sensor yang mendeteksi percepatan dengan teknologi MEMS (Micro Electro Mechanical System) yang mudah didapat, diproduksi massal, murah, dan presisi keluaran datanya tinggi (14 bit). Untuk mengkalibrasi MMA8451Q, dibuat kalibrator kemiringan berbasis motor stepper. Kalibrator ini memiliki resolusi 0,0180/step dan keluarannya berupa sudut derajat. Selain kalibrator kemiringan, dibuat pula model longsor sehingga dapat dianalisis secara langsung proses terjadinya longsor tanpa perlu ke lokasi kejadian. Model longsor yang akan dieksperimenkan terbuat dari kaca akrilik dan rangka besi berukuran 250 x 45 x 30 cm (panjang x lebar x tinggi) yang dapat diatur kemiringannya. Eksperimen dilakukan dengan dua jenis percobaan: percobaan dengan menggunakan air hujan (percobaan 1) dan percobaan dengan tanpa menggunakan air hujan (percobaan 2). Hasil yang diperoleh berupa perubahan kemiringan pada akselerometer MMA8451Q dan perubahan tekanan pori tanah pada sensor kelembaban tanah pada model longsor secara real time (waktu sebenarnya). Perubahan kemiringan akselerometer terjadi secara signifikan setelah sensor kelembaban mendeteksi keadaan tanah dalam keadaan saturasi (lembab atau basah). Artinya longsor akan terjadi saat atau setelah keadaan tanah mengalami saturasi (basah). Selain itu, terdapat perbedaan kejadian yang cukup menarik dari eksperimen ini. Pada percobaan 1 pergerakan tanah berupa turun pada salah satu ujung awalnya kemudian naik pada ujung satunya lagi sehingga menyerupai tipe longsoran rotasi sedangkan pada percobaan 2 pergerakan tanah hanya berupa retakan tanah akibat aliran air yang kemudian terakumulasi menjadi retakan atau ruangan besar sehingga menyerupai tipe longsoran aliran air.