Transportasi berkelanjutan merupakan isu yang banyak dikembangkan oleh pemerintah Indonesia saat ini untuk
memperbaiki aspek transportasi termasuk pembangunan infrastruktur yang sangat besar di kota-kota besar di
Indonesia. Pemerintah saat ini membawa isu ini ke dalam pengembangan struktur transportasi termasuk
infrastruktur, kemajuan teknologi dan energi terbarukan untuk beberapa kota besar di Indonesia, khususnya
Bandung. Populasi Bandung per 2015 mencapai angka 2.481.469 yang meningkat hingga 45.845 orang dari hasil
sensus tahun 2011. Salah satu program transportasi berkelanjutan adalah Metro Kapsul Bandung yang diperkirakan
dapat mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas yang saat ini muncul di Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat. Ini
merupakan terobosan untuk pengembangan transportasi berkelanjutan yang lebih efisien, menggunakan sumber
daya terbarukan untuk operasionalnya dan lebih efektif terkait tujuan proyek. Metro Kapsul Bandung juga
diharapkan bisa menjadi tulang punggung transportasi yang terintegrasi dengan moda lainnya. Penelitian dilakukan
dengan melakukan survei pasar mengenai preferensi penumpang terkait transportasi mereka dan keputusan mereka
untuk menggunakan Kapsul Metro. Survei tersebut diisi oleh 300 responden melalui formulir online dan langsung di
sekitar area stasiun terpilih yang diusulkan untuk menjadi rute Metro Kapsul. Rute ini akan meliputi daerah mulai
dari Alun-Alun Bandung ke Pasar Baru, Tegalega dan Stasiun Bandung. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan perbandingan kelompok dan ANOVA dua arah untuk menunjukkan apakah ada perbedaan antara
grup dan hubungan antara variabel tersebut terhadap keputusan penumpang dan preferensi kriteria mereka
menggunakan Metro Kapsul Bandung. Pertama, melalui statistik deskriptif untuk menggambarkan profil responden
dan preferensi mereka mengenai objek penelitian. Kedua, uji korelasi untuk membenarkan dan memvalidasi enam
stasiun yang diusulkan oleh SAPPK-ITB. Ketiga, Model Linier Umum untuk menggambarkan hubungan antara
profil penumpang dengan keputusan menggunakan kapsul Metro. Yang terakhir adalah, pembandingan grup melalui
ANOVA satu arah untuk mencari perbedaan atau efek yang signifikan antara profil penumpang dan kriteria
preferensi penumpang. Hasil analisis dapat bermanfaat untuk rekomendasi tentang konsep area komersialisasi dan
justifikasi tarif, stasiun dan fasilitas Metro Kapsul. Dari analisis data, kami menyimpulkan bahwa penumpang dari
semua kategori usia; semua tingkat pendapatan; semua level pendidikan memiliki antusiasme dan keinginan untuk
menggunakan Metro Kapsul sebagai keputusan mereka. Kemudian, semua penumpang juga membutuhkan
kenyamanan sebagai kriteria yang paling penting, diikuti oleh keamanan dan eksklusivitas sehingga pemangku
kepentingan harus mempertimbangkan kriteria ini karena memengaruhi keputusan mereka untuk menggunakan
Metro Kapsul. Rekomendasi area bisnis untuk penumpang dengan pendapatan menengah kebawah di setiap stasiun
bisa seperti toko kecil atau kafe kecil, tempat nongkrong dan area wifi yang harganya lebih murah. Stasiun Pasar
Baru dan Kebonjati harus mempertimbangkan untuk area bisnis untuk tingkat menengah karena penumpang dengan
pendapatan tinggi juga berkegiatan diseputar area ini disbanding kategori lainnya. Contoh bisnis seperti
supermarket, ruang kerja, kafe, usaha franchise, toko souvenir dan lain-lain cocok untuk kondisi ini. Namun secara
umum, semua tipe bisnis harus mempertimbangkan zona sekitar stasiun apakah sekolah, kompleks pertokoan, mal,
rumah sakit, pasar, taman umum atau tempat wisata. Studi preferensi penumpang di Bandung ini juga bias menjadi
rujukan tambahan untuk literatur transportasi umum di Indonesia dan berguna untuk menjadi rekomendasi bagi
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk melakukan penelitian yang lebih jauh dan kompleks lagi.