digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Untuk mendapatkan air irigasi yang teratur, dibutuhkan adanya sarana irigasi yang memadai yaitu sumber air irigasi. Di Indonesia, sumber air yang telah digunakan umumnya adalah sumber air permukaan. Namun pada akhir-akhir ini telah mulai dikembangkan pemanfaatan air tanah sebagai sumber irigasi. Hal ini terutama dilakukan di daerah kering dan langka air permukaan, akan tetapi air tanahnya mencukupi. Mengelola ketersediaan air untuk keperluan irigasi sebagai salah satu cara yang sangat penting dalam pembangunan pertanian agar dapat meningkatkan produktivitas lahan kering disamping pemilihan pola tanam yang cocok. Besarnya kebutuhan air suatu tanaman dan kebutuhan irigasinya dapat dihitung dengan menggunakan metoda radiasi. Untuk mendapatkan keuntungan maksimum dengan ketersediaan air yang terbatas dan luas lahan yang terbatas pula, maka dilakukan suatu optimasi dengan menggunakan program linier. Berdasarkan hasil optimasi, maka diperoleh lima jenis pola tanam yang memberikan keuntungan maksimum di lokasi penelitian, yaitu : 1. Padi-padi-padi seluas 2,867 hektar. 2. Padi-padi-bera seluas 2,465 hektar. 3. Padi-kedelai-padi seluas 8,267 hektar. 4. Kedelai-padi-kedelai seluas 3,824 hektar. 5. Kedelai-padi-bera seluas 6,734 hektar. dan pads (antara bulan Januari sampai April) seluas 1,519 hektar sebagai tanaman tambahan. Dengan keuntungan maksimum yang diperoleh Rp 79 401 674,09 per tahun, dengan luas lahan maksimum yang dapat ditanami 25,675 hektar atau seluas 50,34 persen. Berdasarkan analisis ekonomi, iuran yang harus dibayar oleh petani pemakai air untuk mengembaikan investasi awal sebesar Rp 18.958,33 per bulan per hektar atau Rp 0,015 per liter.