Lakase merupakan enzim yang dapat digunakan dalam berbagai macam proses di
bidang bioteknologi, seperti bioremediasi polutan fenol di lingkungan,
dekolorisasi pewarna pada limbah tekstil, serta pemutihan pulp. Hal tersebut
disebabkan lakase memiliki spesifitas substrat yang luas, bersifat ramah
lingkungan, dan menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir. Enzim
lakase dapat diproduksi oleh jamur pelapuk putih, salah satunya Marasmius sp.
dengan memanfaatkan komponen lignin dari lignoselulosa yang terdapat pada
limbah pertanian, seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Pemanfaatan
TKKS tersebut dapat menekan biaya produksi enzim dan menjawab kebutuhan
enzim lakase yang tinggi. Produksi enzim lakase oleh Marasmius sp. dari TKKS
dapat dilakukan menggunakan trickle-bed bioreactor dengan memerhatikan laju
aerasi yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan aktivitas metabolisme
Marasmius sp. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju aerasi optimum
(1,0; 1,5; dan 2,0 vvm) yang mampu memproduksi enzim lakase dengan aktivitas
tertinggi menggunakan trickle-bed bioreactor. Produksi enzim dilakukan
menggunakan TKKS dengan ukuran sebesar 1 cm dan kondisi suhu 32ºC selama
14 hari. Selama produksi enzim, medium Kirk (pH awal 4,5) dialirkan secara
terus-menerus ke dalam bioreaktor dengan laju alir medium 10 mL/menit dan
dilakukan penambahan medium sebanyak 1,5 liter pada hari ke-1 hingga ke-4,
hari ke-7, dan hari ke- 10. Pengambilan sampel dilakukan setiap 12 jam untuk
mengukur aktivitas enzim lakase, lignin peroksidase (LiP), mangan peroksidase
(MnP), dan selulase menggunakan metode spektrofotometri. Selain itu dilakukan
pengukuran pH, kadar lignin, dan gula pereduksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas lakase tertinggi hingga terendah secara berturut-turut dihasilkan
oleh laju aerasi 1,5 vvm (36,66 U/mL pada jam ke-84); 1,0 vvm (80 U/mL pada
jam ke-180); dan 2,0 vvm (19,36 U/mL pada jam ke-84). Selain lakase, aktivitas
enzim selulase, LiP, dan MnP dapat terdeteksi; namun nilainya lebih rendah
dibandingkan aktivitas lakase. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa laju aerasi dapat memengaruhi aktivitas lakase dan laju aerasi 1,5 vvm
merupakan laju optimum untuk produksi enzim lakase