digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertambahan volume sampah yang semakin meningkat membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang baik untuk mengantisipasi timbulnya permasalahan persampahan yang serius. Sampai saat ini fasilitas persampahan seperti fasilitas pendaur-ulangan sampah maupun tempat pembuangan akhir (TPA) sampah berupa landfill (lahan urug) atau insinerator masih dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan persampahan. Adanya keterbatasan lahan membuat pembangunan fasilitas persampahan menjadi sulit untuk dilakukan. Belum lagi ditambah dengan adanya penolakan oleh masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekhawatiran masyarakat terhadap fasilitas persampahan dan kaitannya dengan sikap masyarakat terhadap fasilitas tersebut. Juga meneliti faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dengan sikap terhadap fasilitas. Penelitian dilakukan pada tiga tipe masyarakat, yaitu masyarakat yang tinggal di dekat TPA, masyarakat biasa dan masyarakat dari kalangan berpendidikan tinggi. Dari hasil penelitian terlihat tingkat kekhawatiran yang berbeda pada masing-masing wilayah. Berdasarkan analisis faktor didapatkan empat buah faktor kekhawatiran utama, yaitu faktor yang berkaitan dengan keandalan institusi dan pengelola, gangguan yang ditimbulkan oleh fasilitas, pencemaran dan dampak terhadap kesehatan, serta gangguan terhadap alam. Selain itu, didapatkan juga kesan (image) utama terhadap TPA yaitu ketidakakraban dan ketidaknyamanan. Berdasarkan analisis diskriminan yang dilakukan, kekhawatiran maupun image hanya mampu memprediksi secara tepat sikap terhadap fasilitas (menerima dan menolak) sebesar 55-69%. Faktor lainnya yang berpengaruh dengan sikap terhadap fasilitas antara lain adalah atribut responden seperti tingkat pendidikan dan juga sikap umum responden terhadap persampahan seperti sikap terhadap kegiatan daur ulang, sikap terhadap pengelola, maupun partisipasi responden terhadap pembangunan. Pada daerah penelitian yang memiliki konflik di bidang persampahan, tingkat kekhawatiran terhadap dampak sangat tinggi dan image terhadap TPA sangat negatif dibandingkan dengan wilayah lainnya. Demikian juga dengan sikap masyarakat, dimana yang menolak pembangunan fasilitas lebih banyak dari wilayah lainnya.