digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sektor industri Minyak dan Gas Indonesia sedang mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir sebagai akibat dari penurunan harga minyak mentah dunia di pasar internasional. Kondisi ini mempengaruhi harga minyak mentah dan kegiatan eksplorasi serta kegiatan produksi di perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia. Perusahaan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia harus merestrukturisasi anggaran perusahaannya. Beberapa proyek harus ditunda karena secara tidak menguntungkan dengan kondisi minyak saat itu. Salah satu perusahaan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia yang terkena dampak kondisi ini adalah PT XYZ Energi. Pada bulan Februari 2015, PT XYZ Energi menonaktifkan salah satu bloknya dikarenakan melemahnya harga minyak dan biaya produksi yang terlalu tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut tidak menguntungkan secara finansial. Pada kuartal terakhir 2016 hingga kuartal pertama 2017, harga minyak mentah dunia perlahan meningkat dan stabil. Dengan kondisi ini dan jangka waktu kontrak PSC hingga tahun 2037, perusahaan berencana untuk menjalankan kembali Blok Tango dengan tiga pilihan alternatif transportasi yang memiliki lokasi, jarak tempuh, dan biaya yang berbeda yaitu Alfa, Beta, dan Charlie. Penulis melakukan analisis kelayakan untuk proyek reaktivasi Blok Tango menggunakan Proyeksi Arus Kas berdasarkan Mekanisme PSC, analisis Discounted Cash Flow dengan menggunakan parameter Net Present Valu. Penelitian ini diakhiri dengan sensitivitas terhadap harga minyak, volume produksi, dan pengeluaran operasi. Melalui analisis tersebut, dapat diketahui proyek ini layak atau tidak diaktifkan kembali dengan biaya termurah. Berdasarkan penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan, rencana reaktivasi Blok Tango layak untuk di jalankan kembali. Hal ini disebabkan karena proyek ini memiliki Net Present Value yang positif. Dengan WACC sebesar 8,67% diperoleh nilai Net Present Value untuk Alfa sebesar $ 21.603.548,99, untuk Bravo sebesar $ 20.735.683,83, dan untuk Charlie berjumlah $ 11.413.304,07. Proposal reaktivasi ini juga memiliki kesempatan untuk mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan pada saat project ini masih berjalan. Reaktivasi proyek ini paling baik dilakukan dengan menggunakan Alfa sebagai skema pengangkutan minyak karena memiliki NPV terbesar dan arus kas nominalnya menghasilkan profit terbesar untuk mengembalikan investasi masa lalu. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika volume produksi minyak turun menjadi 20%, harga minyak turun hingga 20% dan OPEX naik 20% akan membuat proyek mendapatkan NPV terendah namun tetap layak untuk dijalankan kembali.