digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fasilitas utama transportasi darat adalah struktur perkerasan jalan, jalan di Indonesia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: jalan nasional, provinsi, kabupaten, dan kota. Hanya 63 persen atau sekitar 33.794 kilometer dari jalan provinsi berada dalam kondisi baik. Isu yang berkembang atas tingginya tingkat kerusakan struktur perkerasan jalan yang ada di Indonesia, adalah karena kondisi iklim yang beragam, beban lalu lintas yang tidak sesuai dengan aturan (overloading), dan mungkin disebabkan oleh kurang sesuainya metoda atau pendekatan yang digunakan dalam perancangan dan rehabilitasi struktur perkerasan jalan. Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk desain dan rehabilitasi struktur perkerasan jalan, yaitu: empiris, analitis, dan mekanistik-empiris. Desain struktur perkerasan empiris dilakukan dengan Pd T-01-2002-B Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Bina Marga), analitis dengan metoda Nottingham 1984 dan mekanistik-empiris dengan AASHTO 2008 (MEPDG). Dengan MEPDG, pendekatan secara mekanistik atau analitis dilakukan dengan memperhitungkan secara metematis pengaruh iklim dan beban lalu lintas oleh berbagai jenis kendaraan, dan pendekatan empiris dilakukan dengan melihat hubungan antara keadaan kritis parameter struktur perkerasan dengan kondisi eksisting. Pada MEPDG juga terdapat pembagian level input untuk elemen desain, sehingga perancang dapat memilih level yang dapat disesuaikan dengan ketersediaan data, kemampuan serta ketersediaan alat untuk tes atau percobaan, dan kemampuan perancang sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih medalam mengenai desain struktur perkerasan jalan dengan manual MEPDG. Elemen-elemen dalam desain struktur perkerasan lentur menurut metoda AASHTO 2008 adalah; iklim, beban lalu lintas, properti material, geometrik struktur perkerasan, analisis struktur, dan penentuan desain. Analisis struktur AASHTO 2008 (MEPDG) dilakukan dengan melihat 4 parameter distress atau indikator kinerja untuk lapis permukaan HMA (Hot-Mixed Asphalt), yaitu; rut depth, load related cracking, non-load related cracking, dan IRI (Internatioal Roughness Index). Untuk pembandingan, dilakukan perhitungan desain struktur perkerasan untuk 3 golongan volume lalu lintas, yaitu ringan, sedang dan berat, dengan masing-masing beban lalu lintas sebesar 500.000, 5.000.000, dan 25.000.000 pengulangan beban sumbu standar roda ganda. Hasil akhir evaluasi perkerasan dengan menggunakan MEPDG adalah tingkat ketidakrataan permukaan (IRI), sedangkan tebal perkerasan pada metoda MEPDG merupakan parameter input yang diiterasi, iterasi dilakukan hingga didapatkan hasil tebal lapis yang optimum, tebal inilah yang akan digunakan untuk pembandingan. Hasil yang didapatkan dari pembandingan adalah metoda AASHTO 2008 (MEPDG) menghasilkan tebal struktur perkerasan paling optimum untuk semua volume lalu lintas, pada setiap lapis perkerasan (lapis permukaan, lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah).