Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia menyadari bahwa kebutuhan akan air semakin meningkat dimana ketersediannya yang terbatas. Indonesia memiliki curah hujan tinggi yaitu rata-rata 2000-3000 mm/tahun atau 150-300 mm/bulan. Hingga saat ini sistem pengelolaan air hujan di Gedung CIBE masih mengadopsi paradigma lama yaitu mengalirkan air hujan secepat-cepatnya menuju drainase. Hal ini sangat disayangkan mengingat air hujan tersebut dapat dimanfaatkan di permukaan dengan menyimpannya di waduk, daerah resapan, atau bahkan digunakan sebagai sumber air bersih dan air minum. Oleh karena itu dalam perancangan ini perlu diketahui volume air hujan yang dapat ditampung menggunakan analisis hidrologi dan jumlah kebutuhan air di Gedung CIBE untuk menentukan peruntukan air hujan. Berdasarkan hasil uji laboratorium dan data sekunder tentang kualitas air hujan di Bandung, parameter yang tidak memenuhi baku mutu adalah pH (4,86), kadmium (5,62 μg/L), timbal (76,68 μg/L), dan selenium (21,89 μg/L). Oleh karena itu unit pengolahan yang digunakan adalah acid neutralizer, saringan pasir cepat untuk pemanfaatan sebagai air bersih, reverse osmosis untuk pemanfaatan sebagai air minum, dan desinfeksi. Komponen yang dirancang dalam sistem pemanenan air hujan ini terdiri dari talang datar, pipa tegak, first-flush diverter, tangki penampungan, dan unit pengolahan.