Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang sebagai salah satu penghasil energi geothermal terbesar di Indonesia, memiliki masalah lingkungan dari emisi PLTP berupa gas-gas yang tidak terkondensasi (non-condensable gas/NCG) seperti CO2, H2S dan NH3 yang dilepaskan ke udara ambien. Fokus dalam penelitian hanya polutan H2S dan NH3 sebagai gas-gas yang paling berbahaya bagi manusia dibandingkan semua NCG hasil emisi PTLP. Sumber emisi hasil keluaran cooling tower PLTP Unit IV dan V milik PGE Kamojang dan PLTP Unit I, II, dan III milik PT.Indonesia Power yang disuplai uap dari PGE sebagai point source utama penghasil H2S dan NH3 terbesar dari kegiatan PLTP. Simulasi dispersi dilakukan menggunakan software AERMOD view 6.71. Analisis assimilative capacity dari udara ambien PLTP Area Kamojang diperlukan untuk memperkirakan beban maksimum yang dapat diterima atmosfer dalam menyesuaikan tingkat polutan yang diemisikan ke lingkungan. Skenario pemodelan adalah tahunan, musiman dan berdasarkan laju emisi. Hasil pemodelan menunjukkan konsentrasi di titik terbesar pengukuran rata-rata 8 jam untuk H2S dan NH3 adalah sebesar 228,79 μg/m3 dan 6,23 μg/m3. Sedangkan untuk konsentrasi di titik nilai terbesar untuk 24 jam untuk H2S dan NH3 adalah sebesar 76,26 μg/m3 dan 2,07 μg/m3. Seluruh konsentrasi hasil model berada dibawah baku mutu 8 jam dan 24 jam. Hasil simulasi musiman didapatkan konsentrasi pada musim hujan lebih besar dibandingkan musim kemarau. Nilai koefisien ventilasi sebagai perkiraan assimilative capacity menunjukkan pada pagi hari dan malam hari di bawah 2.000 m2s-1 yang menunjukkan tingginya potensi polutan atau nilai assimilative capacity yang rendah. Nilai assimilative capacity lingkungan di wilayah PLTP Kamojang masih cukup tinggi untuk polutan H2S yaitu sebesar 17,73 μg/m3 dan untuk NH3 sebesar 1362,14 μg/m3.