digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fenomena kebutuhan terhadap lahan cenderung terus meningkat yang merupakan resultan dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi. Seiring dengan terjadinya pertumbuhan wilayah terutama kawasan perkotaan, kebutuhan (demand) akan sumberdaya lahan cenderung meningkat. Sementara itu dilihat dari ketersediaannya dalam arti luasan lahan dalam batas administratif bersifat terbatas (in-elastic). Jatinangor merupakan salah satu kawasan yang berada di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang. penetapan Jatinangor sebagai kota pendidikan tinggi telah direncanakan sejak tahun 1980. Dalam penataan Kawasan Metropolitan Bandung, Jatinangor secara hirarki ditetapkan sebagai sub-pusat (sub-centre) yang berfungsi sebagai pembangkit pertumbuhan lokal dan pusat pendidikan sehingga Jatinangor ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pendidikan (KSP) Jatinangor. Kondisi lingkungan Jatinangor pada saat ini mengalami degradasi akibat pembangunan yang tidak terencana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan rumah/gedung yang tidak teratur, perumahan yang padat, ketidak teraturan tempat kos, kumuh, jalanan sempit sehingga mengakibatkan Jatinangor menjadi tidak nyaman, macet, rawan banjir, longsor serta udara terasa panas. Tujuan inti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan kawasan perkotaan Jatinangor sebagai KSP Pendidikan serta keterkaiatan perkembangan kawasan perkotaan dengan daya dukung lahan. Tahapan analisis pertama yang dilakukan yaitu menentukan status daya dukung lahan dengan mengidentifikasi ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan. Tahapan selanjutnya yaitu menentukan keterkaitan pengaruh perkembangan kawasan perkotaan terhadap daya dukung lahan. Hasil analisis ketersediaan lahan yang diperoleh berdasarkan analisis spasial dengan menggunakan sistem informasi gografis menunjukkan ketersediaan lahan yang terdapat di kawasan perkotaan KSP Pendidikan Jatinangor seluas 7705,76 Ha sedangkan untuk kebutuhan lahan 30658 Ha untuk tahun 2020. Setelah diketahui ketersediaan dan kebutuhan lahan 16 desa/kelurahan di kawasan perkotaan KSP Pendidikan Jatinangor mengalami defisit pada tahun 2020 sedangkan 17 desa/kelurahan lainnya masih berada pada posisi surplus. Selanjutnya untuk keterkaitan pengaruh hubungan perkembangan kawasan perkotaan terhadap daya dukung lahan, dimana variabel laju pertumbuhan penduduk sangat mempengaruhi terhadap daya dukung lahan, dimana peningkatan 1% populasi penduduk mempengaruhi pengambangan lahan perumahan permukiman sebesar 0.3%. Kesimpulan dari hasil analisis bahwa karakteristik kawasan perkotaan KSP Pendidikan Jatinangor morfologinya bersifat linier, untuk saat ini masih bisa dikembangkan lahan perumahan permukiman, kawasan pendidikan menjadi salah satu pengaruh yang kuat terhadap perkembangan kawasan perkotaan. Untuk menanggulangi lahan yang mengalami defisit direkomendasikan untuk pendistribusian penduduk serta penerapan konsep hunian vertikal untuk lahan yang mengalami defisit.