digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bijih dengan kadar nikel yang lebih rendah yaitu lapisan limonite sampai saat ini belum diolah di Indonesia; sebagian masih belum dilakukan proses penambangan dan sebagian lagi langsung diekspor saat harga nikel tinggi. Pengolahan bijih berkadar rendah ini (limonitic ore) perlu segera dilakukan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan optimalisasi pemanfaatan cadangan bijih nikel laterit di Indonesia. Pelindian tumpukan merupakan salah satu metoda yang dianggap paling murah karena tidak diperlukan proses penggerusan yang membutuhkan energi yang tinggi, tidak membutuhkan peralatan dengan material konstruksi yang mahal, tidak diperlukan peralatan untuk proses counter current decantation, tidak diperlukan tailing dam, prosesnya lebih sederhana dengan biaya perawatan dan kendali proses yang rendah. Dalam penelitian ini dipelajari kemungkinan penerapan aplikasi pelindian tumpukan untuk mengekstraksi nikel dari bijih limonite dari Pomalaa dengan pelindian dalam kolom (column leaching tests) dan simulasi dengan menggunakan paket program METSIM 17.07. Serangkaian percobaan pelindian dalam kolom dilakukan pada sampel bijih yang diaglomerasi dengan variasi konsentrasi asam sulfat, tipe bijih dan ketinggian tumpukan bijih dalam kolom selama 55 hari. Laju aliran larutan pelindi melalui kolom dijaga konstan dengan sebuah pompa peristaltik dari Ismatec. Titrasi asam-basa dilakukan setiap 3 hari untuk menjaga konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam pelindian. Untuk mengetahui konsentrasi nikel dan kobal serta besi terlarut dilakukan analisis sampel larutan hasil pelindian setiap 3 hari dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Simulasi dengan menggunakan paket program METSIM 17.07, dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi asam sulfat, komposisi kimia dan komposisi mineral dalam bijih untuk memprediksi persen ekstraksi nikel dan kobal, besi, magnesium dan aluminium terlarut serta konsumsi asam sulfat per ton bijih. Dari hasil percobaan pelindian tumpukan bijih limonite diperoleh persen ekstraksi nikel masing-masing 51,6% dan 57,6% pada konsentrasi asam sulfat 0,5 molar dan 0,75 molar selama 52 hari pelindian. Dengan konsentrasi asam sulfat, komposisi bijih dan waktu yang sama diperoleh persen ekstraksi nikel dari simulasi masing-masing sebesar 52,4% dan 53,2%. Pada kondisi tersebut persen besi terlarut hasil percobaan mencapai masing-masing 43,5% dan 54,3%. Pelindian bijih saprolite dengan konsentrasi asam sulfat 0,5 molar menunjukkan laju pelarutan yang lebih cepat pada periode awal pelindian (hingga 1 bulan) namun sesudah 55 hari diperoleh persen ekstraksi nikel yang sedikit lebih tinggi dari pelindian bijih limonite pada konsentrasi asam yang sama. Simulasi pelindian tumpukan dengan METSIM menunjukkan persen ekstraksi nikel hingga 78,6% setelah 254 hari dan tidak berubah signifikan dengan peningkatan waktu pelindian pada konsentrasi asam sulfat 2 molar. Hasil simulasi menunjukkan peningkatan konsentrasi asam sulfat dari 0,5 molar ke 2 molar, meningkatkan konsumsi asam sulfat per ton bijih secara signifikan dari 71 kg/ton ke 330 kg/ton dengan bijih dari Pomalaa. Kandungan dan nisbah goethite (-FeOOH) terhadap hematite (Fe2O3) meningkatkan persen ekstraksi nikel dan konsumsi asam sulfat.