Peningkatan pertumbuhan industri sepeda motor di Indonesia dari tahun ke tahun menimbulkan persaingan diantara Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang ada. Strategi yang tepat akan membuat bisnis tetap tumbuh dan mampu memenangkan persaingan. Untuk itu PT HPPM selaku
produsen Primary Driven Gear (PDG) yang mensuplai part ke PT AHM menemukan tantangan dalam memenuhi dinamika perubahan pesanan dari PT AHM. Masalah yang dihadapi saat ini adalah bagaimana merencanakan ketersediaan pasokan bahan baku yang cukup agar perencanaan produksi stabil guna memenuhi fluktuasi permintaan dari PT AHM. Dari hasil analisis ditemukan bahwa tingkat ketersediaan pasokan bahan baku dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal timbulnya loss bahan baku yang tidak terdeteksi dengan baik mengakibatkan status bahan baku di gudang tidak akurat dan loss ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun berdasarkan data internal perusahaan. Sedangkan pada
faktor eksternal ketidakakuratan peramalan bahan baku dipengaruhi oleh forecast error yang tinggi dari PT AHM sehingga rencana kebutuhan bahan baku berubah-ubah yang berakibat kepada pemasok PT HTI tidak mampu memenuhi due date permintaan pasokan bahan baku pada kondisi permintaan mendadak. Hal ini terjadi karena tidak adanya kolaborasi dalam perencanaan eksekusi dari forecast tersebut. Dampak negatif akan terjadi di sepanjang rantai pasok yang ada seperti bullwhip effect, manajemen persediaan tidak efektif dan perencanaan produksi tidak
berjalan maksimal. Strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut akan dibagi menjadi dua yaitu strategi collaborative forecasting akan dipakai untuk menyelesaiakan permasalahan eksternal yang melibatkan semua pemain dalam rantai pasok dan pertukaran informasi dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaannya. Kemudian untuk menyelesaikan masalah internal akan
dipakai Process Failure Mode Effect and Analysis (PFMEA) untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial yang terjadi pada proses produksi dan rekomendasi perbaikan akan dilakukan mengacu kepada nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi yang dianalisis dengan menggunakan diagram pareto. Solusi dan rencana implementasi yang ditawarkan melibatkan manajemen puncak dan sosialisasi
yang tepat diharapkan dapat memberikan dampak positif dan merupakan solusi atas permasalahan yang ada guna meningkatkan akurasi peramalan, memperbaiki manajemen persediaan dan eksekusi terhadap perencanaan produksi menjadi lebih baik.