digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pendidikan di propinsi Papua memiliki standar yang terbilang lebih rendah dibandingkan dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Di propinsi ini terdapat beberapa desa transmigrasi yang menampung masyarakat yang berasal dari pulau Jawa. Desa-desa transmigrasi ini terletak jauh dari pusat kota Jayapura. Oleh karena itu, akses para transmigran kepada pendidikan dengan standar yang lebih tinggi terhalang oleh jarak. Untuk mewadahi kebutuhan pendidikan bagi anak transmigran, diperlukan sebuah sekolah yang lebih dekat dengan pusat kota yang memiliki akses ke tenaga pengajar yang lebih bermutu. Keberadaan sekolah yang jauh dari desa transmigrasi tentunya tidak memungkinkan siswa-siswi untuk pulang ke rumahnya setiap hari. Untuk mengatasinya, disediakan suatu fasilitas hunian yang terintegarasi dengan fasilitas sekolah. Dalam perancangan sekolah berasrama, pemintakatan menjadi hal yang sangat penting karena proyek ini memiliki dua tipologi bangunan yang cukup bertolak belakang. Fungsi sekolah dan fungsi hunian memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Karena perbedaannya, kedua zona ini membutuhkan zona peralihan yang mewadahi fungsi yang digunakan oleh kedua zona tersebut. Berdasarkan pendekatan ini, perancangan disesuaikan dengan pertimbangan desain lain seperti kebutuhan ruang, karakteristik tapak, batasan biaya, tekonologi dan sumber daya manusia. Bangunan-bangunan di propinsi Papua kurang mengacu kepada arsitektur tradisional setempat. Untuk menambah nilai kontekstualitas dan rasa memiliki, maka bangunan ini menggunakan ekspresi arsitektur tradisional setempat.