Prajurit dalam perang dan prajurit dalam misi perdamaian menghadapi tantangan yang berbeda. Di dalam perang, prajurit menghadapi musuh yang jelas diketahui dan dapat menggunakan semua kekuatan yang ada untuk memenangkan pertempuran melalui tindakan kekerasan. Sedangkan prajurit dalam misi perdamaian tidak boleh terlibat dalam konflik, tetapi harus menggunakan tindakan persuasif dan kemampuan diplomatis untuk meredam konflik. Ini bukanlah tugas yang ringan, khususnya secara psiologis. Terlebih lagi bagi Pengamat Militer (Military Observer) yang dikategorikan sebagai „Expert on Mission of the united Nations“ yang dituntut memiliki kemampuan yang lebih tinggi. PBB telah menerbitkan buku pegangan Military Observer sejak tahun 1995 yang berisi panduan tentang tugas dan standar kemampuan, serta keterampilan dasar berupa hard competence yang harus dimiliki Milobs. Namun ternyata masih terlalu banyak Military Observer (Milobs) yang datang ke daerah misi tidak mampu melaksanakan tugas secara efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui apakah soft competencies mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan tugas Milobs.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sebuah model kompetensi Milobs yang dapat dijadikan acuan dalam proses seleksi Perwira TNI sebagai Milobs untuk misi perdamaian PBB.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif dengan menggunakan studi pustaka dan pendekatan kuantitatif dengan metode Behavioral Event Interviews (BEIs) dan analisis menggunakan Kamus Kompetensi Umum (Generic Competency Dictionary) dari Spencer & Spencer. Wawancara dilakukan terhadap 20 orang Perwira TNI yang bertugas dalam misi perdamaian PBB dengan bentuk penugasan sebagai Military Observer, Staff Officer, Liaison Officer, dan Interpreter dengan kategori 12 orang Superior dan 8 orang Rata-rata. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan metode BEIs diberi kode berdasarkan Kamus Kompetensi Umum, selanjutnya data dari Responden Superior dibandingkan dengan Responden Rata-rata.
Hasil dari penelitian ini ditemukan beberapa macam kompetensi/kemampuan yang ditemukan di lapangan tetapi tidak tercantum dalam buku pegangan Milobs, dan beberapa macam kompetensi/kemampuan yang dimiliki Responden Superior
tetapi tidak dimiliki atau dimiliki jauh lebih rendah oleh Responden Rata-rata. Oleh karena itu, calon-calon Milobs dapat diarahkan untuk memiliki kompetensi/kemampuan seperti yang dimiliki Responden Superior. Diharapkan model kompetensi Milobs ini dapat digunakan untuk peningkatan aplikasi sistem seleksi dan pelatihan/pembekalan bagi Perwira TNI dalam penugasan sebagai Milobs untuk misi perdamaian PBB.