digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan kafein sebagai zat imbuh dapat ditemukan dalam berbagai produk seperti makanan, minuman, maupun produk farmasi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Salah satu fungsi kafein yang sangat penting yaitu menstimulasi atau merangsang kerja sistem saraf pusat sehingga kafein dapat meningkatkan konsentrasi dan menghilangkan rasa kantuk. Seiring dengan banyaknya penggunaan kafein dalam berbagai produk yang dikonsumsi oleh manusia, maka diperlukan kontrol terhadap jumlah kandungan kafein agar tidak melebihi batas dosis yang diperbolehkan yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap tubuh. HPLC merupakan salah satu metoda analisis yang baik di mana proses pemisahan dan pengukuran kuantitatif dapat dilakukan secara simultan sehingga lebih efisien. Namun metode ini memerlukan biaya operasional yang cukup tinggi. Salah satu metode instrumentasi yang sederhana untuk analisis kafein yaitu spektrofotometri UV, di mana kafein memberikan serapan khas pada daerah panjang gelombang sekitar 273 nm. Analisis kafein menggunakan spektrofometer UV melibatkan proses ekstraksi pelarut terlebih dahulu untuk memisahkan kafein dari komponen lainnya. Molecularly imprinted polymers (MIPs) adalah suatu matriks polimer selektif yang memiliki kemampuan untuk mengikat molekul target secara reversibel sehingga dapat digunakan sebagai sorben dalam proses pemisahan. Salah satu metode sintesis MIPs yang sering digunakan adalah polimerisasi radikal bebas dari monomer fungsional dengan sejumlah agen pengikat silang (crosslinker) berlebih. Pada penelitian ini, kafein-MIPs berbasis metil metakrilat (MMA) dan etilenglikol dimetakrilat (EGDMA) telah disintesis dengan keberadaan kafein sebagai molekul cetakan, yang diinisiasi oleh benzoil peroksida (BPO) pada suhu 65oC. MIPs yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan FTIR dan SEM, dengan non imprinted polymers (NIPs) sebagai pembanding. Hasil karakterisasi MIPs memperlihatkan adanya puncak serapan baru pada spektrum FTIR di daerah bilangan gelombang 1550 cm-1 yang menunjukkan bahwa kafein telah terperangkap pada matriks polimer. Adanya pergeseran bilangan gelombang pada spektrum FTIR NIP dari 1633 cm-1 ii menjadi 1660 cm-1 pada spektrum MIPs mengindikasikan bahwa interaksi kafein terhadap polimer terjadi secara non kovalen van der waals. Pengujian kemampuan pengikatan MIPs yang dilakukan dengan metode batch dan kolom menggunakan pengelusi metanol-asam asetat (9:1, v/v) dan diamati secara spektrofotometri UV pada panjang gelombang 273 nm, memperlihatkan bahwa absorpsi kafein terhadap matriks polimer tidak dipengaruhi oleh pH dengan kinetika adsorpsi diperoleh pada waktu rata-rata 6 menit. Adsorpsi kafein oleh MIPs mengikuti model isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi MIPs hasil eksperimen dan perhitungan masing-masing mencapai 25 mg/g dan 48 mg/g. Nilai recovery hingga 98% diperoleh dengan metode SPE. Analisis kuantitatif kafein dalam sampel minuman kesehatan Herbalife yang menggunakan MIPs sebagai sorben memberikan nilai kandungan kafein rata-rata sebesar 69,41 mg/g. Sedangkan kandungan kafein yang tertera pada kemasan sebesar 68 mg/g. Dari hasil pengukuran kapasitas adsorpsi MIPs dan NIPs, diperoleh koefisien selektivitas relatif sebesar 1,09 yang menunjukkan bahwa kafein-MIPs kurang selektif disebabkan karena interaksi yang terjadi hanya interaksi non kovalen Van der Waals, serta pembentukan cetakan kafein yang belum optimal. Untuk dapat diaplikasikan sebagai sorben pada proses analisis kafein, perlu dilakukan optimasi kembali, salah satunya dengan menggunakan monomer yang berinteraksi lebih baik dengan molekul target yang diinginkan. Selain itu penggunaan teknik sintesis yang tepat dapat menghasilkan pembentukan cetakan yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai kapasitas adsorpsi dan selektivitas MIPs.