digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gelombang tinggi yang terjadi di wilayah perairan Indonesia mempengaruhi berbagai kegiatan laut bahkan dapat menyebabkan kecelakaan kapal dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Resiko tersebut dapat dikurangi dengan memahami karakteristik angin sebagai tenaga penggerak gelombang dan tinggi gelombang di wilayah perairan Indonesia, sehingga kegiatan-kegiatan kelautan dapat direncanakan dengan mempertimbangkan karakter gelombang di wilayah tersebut. Objek kajian ini adalah wilayah pada koordinat 90o - 120o BT dan 23o LS - 20o LU yang meliputi Samudra India bagian timur, Laut Jawa, Laut China Selatan, dan Laut Andaman. Adanya perubahan medan angin dari waktu ke waktu baik dalam arah ataupun kecepatannya, akan mempengaruhi variabilitas nilai tinggi gelombang signifikan baik yang bersifat musiman ataupun antar-tahunan. Berbagai fenomena antar-tahunan seperti IODM (Indian Ocean Dipole Mode) dan ENSO (El Nino Southern Oscillation) berinteraksi dengan monsun dan mengakibatkan variabilitas antar-tahunan gelombang di objek kajian. Analisis variabilitas gelombang menggunakan data hasil simulasi model gelombang SWAN selama 36 bulan dengan input data berupa data medan angin dari CCMP (Cross Calibrated Multi Purpossed) dan data batimetri dari GEBCO. Verifikasi hasil model dengan menggunakan buoy dari project Seawatch BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan satelit altimeter TOPEX menunjukkan hasil model cukup baik. Hasil analisis EOF (Empirical Orthogonal Functions) menghasilkan 6 mode yang mewakili 95% dari total variansi yang mempengaruhi variabilitas tinggi gelombang di seluruh domain model. Mode 1 dominan dipengaruhi oleh monsun 12 bulanan dan secara spasial dominan di Laut China Selatan dan Samudra India. Laut Jawa didominasi oleh pengaruh mode 2 yang dominan dipengaruhi oleh monsun 6 bulanan. Pengaruh ENSO teridentifikasi pada Mode 1 di Laut China Selatan. Sementara itu, pengaruh IODM teridentifikasi pada Mode 1 di Samudra India dan Mode 2 di Laut Jawa.