digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Air bersih dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus dipenuhi. Selain untuk minum, air bersih juga digunakan untuk sebagian besar aktivitas sehari-hari manusia, seperti mencuci, memasak, dll. Namun pada kenyataannya, masih banyak orang yang mengalami kesulitan untuk memperolehnya, sehingga menimbulkan berbagai persoalan di masyarakat, terutama di wilayah perdesaan. Seperti di Kabupaten Bogor misalnya, persoalan kekurangan air bersih juga terjadi di beberapa desa di wilayah tersebut meskipun Kabupaten Bogor merupakan wilayah resapan air dengan curah hujan yang cukup tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi persoalan tersebut adalah melalui program penyediaan air bersih dan sanitasi perdesaan. Namun pada kenyataannya, program-program penyediaan air bersih yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1969 tidak memberikan hasil yang cukup berarti karena program tersebut lebih bersifat top-down. Oleh karena itu diperlukan suatu program yang berbasis partisipasi masyarakat di mana masyarakat desa juga terllibat langsung dalam proses penyediaan air bersih tersebut. Program Water and Sanitation for Low Income Community 2 (WSLIC-2) merupakan suatu program penyediaan sarana air bersih dan sanitasi yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya, mulai dari tahap perencanaan, pembangunan hingga pengelolaan. Konsep program penyediaan air bersih dan sanitasi secara partisipatif bertujuan untuk menciptakan keberlanjutan kegiatan setelah program telah berakhir. Studi ini menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif untuk mengetahui prospek keberlanjutan kegiatan penyediaan air bersih berbasis partisipasi masyarakat yang diinisiasi oleh Program WSLIC-2 di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Sebagai dasar penilaian keberlanjutan, studi ini menggunakan indikator dan tolok ukur yang diperoleh dari hasil tinjauan teori mengenai konsep-konsep keberlanjutan program penyediaan air bersih beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan studi kasus serupa lainnya. Indikator yang digunakan pada studi ini terbagi menjadi lima aspek yaitu aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek partisipasi masyarakat, aspek teknis, dan aspek lingkungan. Penilaian keberlanjutan Program WSLIC-2 di Kecamatan Ciawi ini difokuskan ke tiga desa penerima program yaitu Desa Cileungsi, Desa Bojongmurni dan Desa Cibedug . Hasil studi terhadap ketiga desa penelitian menunjukkan bahwa prospek keberlanjutan dari tiap-tiap desa berbeda, tergantung dari karakteristik yang dimiliki dari masing-masing desa. Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi keberlanjutan program pada ketiga desa tersebut, yaitu kelembagaan dan masyarakat. Selain itu disimpulkan juga bahwa program penyediaan air bersih seperti WSLIC-2 belum tentu dapat berhasil jika diterapkan secara seragam pada tiap-tiap desa, dan menghasilkan keberlanjutan pada jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, rekomendasi yang diberikan adalah perlu adanya penyesuaian konsep program yang diterapkan pada tiap-tiap desa, sehingga pada akhirnya keberlanjutan kegiatan masyarakat yang diinisiasi oleh program tersebut dapat berhasil di seluruh desa.