digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengaruh Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS) terhadap pembentukan presipitasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada kasus banjir Jakarta 17 Januari 2013 diteliti menggunakan data satelit Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM), Multi-Functional Transport Satellite (MTSAT), Wind Satellite (WindSAT), data reanalisis National Center for Environmental Prediction/National Center for Atmospheric Research (NCEP/NCAR) dan Global Precipitation Climatology Project (GPCP). Dilakukan pula simulasi menggunakan model prediksi cuaca numerik non-hidrostatik Consortium for Small Scale Modeling (COSMO), DWD-Jerman, dengan resolusi 7 km pada area terbatas. Hasil penelitian menunjukkan cold surge intensitas sedang terjadi bersamaan dengan fase transisi MJO menuju pelemahan di Samudera Pasifik Timur, selama periode kejadian banjir (14-19 Januari). Aktivitas cold surge dengan intensitas sedang hingga kuat ini sudah terjadi sejak 11 hingga 19 Januari 2013. Cold surge yang menjalar melalui Laut Cina Selatan tersebut menuju ke selatan melintasi ekuator sehingga membentuk CENS yang dibuktikan melintasi Jawa Barat menuju Samudera Hindia di selatan Jawa Barat (8oLS). Pengaruh CENS yang dibuktikan dengan penguatan angin dari utara di permukaan ini telah mendorong penyebaran presipitasi di atas Jakarta meluas ke selatan (tenggara). Selain itu, CENS juga telah berpengaruh pada pembentukan konvergensi pada skala lokal di wilayah Jawa Barat, dengan konvergensi utama terbentuk di timur Jakarta dan pantai selatan Garut. Konvergensi di pantai selatan ini cenderung persisten karena terdapat intrusi angin dari selatan. Di sisi lain, penelitian membuktikan bahwa konvergensi skala regional telah membangkitkan aktivitas konveksi dan presipitasi di atas Jakarta sehingga terjadi presipitasi yang cukup tinggi di atas Jakarta (100 mm/hari). Berdasarkan simulasi model, kontribusi hujan konvektif terhadap presipitasi total tidak signifikan dibandingkan dengan hujan stratiform. Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa aktivitas MJO (Madden Julian Oscillation) yang aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI) secara simultan sebelum kejadian, pada 6-11 Januari, tidak berpengaruh pada peningkatan presipitasi di Jakarta. Dibandingkan dengan kasus 2007, presipitasi pada kasus 2013 lebih kecil karena kejadian CENS bersamaan dengan fase transisi melemahnya MJO di Samudera Pasifik serta terbentuknya beberapa konvergensi dalam skala regional di sekitar BMI. Konvergensi tersebut terjadi di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Samudera Hindia di bagian tenggara Jawa, Sumatera, Samudera Hindia barat Australia, dan Australia. Pusat tekanan rendah tersebut berpotensi mengurangi jumlah transpor kelembapan yang menjalar ke wilayah Jawa Barat sehingga presipitasi di atas Jakarta tidak begitu tinggi dibandingkan dengan kejadian 2007.