digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cekungan Barito terletak diantara Tinggian Meratus di sisi timurnya dan Tinggian Schwanner yang berada di sisi baratnya. Penelitian dilakukan di Kecamatan Hatungun, Kabupaten Binuang, atau yang tepatnya berada pada posisi geografis 3o 08’ 18,5682”-3 o 09’ 37,8085” LS dan 115 o 09’ 44,1288”-155 o 08’ 46,0785” BT yang merupakan bagian dari Cekungan Barito. Cekungan Barito memiliki sejarah geologi yang panjang dan kompleks, pada cekungan ini pula terdapat formasi yang mengandung lapisan batubara tebal.Pada daerah penelitian telah dibagi tiga satuan geomorfologi, diantaranya Satuan Dataran Aluvial, Satuan Perbukitan Homoklin serta Satuan Perbukitan Kompleks. Setiap satuan geomorfologi dibedakan berdasarkan morfologi, batuan, dan proses. Berdasarkan data batuan di permukaan, telah dibagi sepuluh satuan batuan. Enam diantaranya merupakan batuan dasar Cekungan Barito, terdiri atas Satuan Batulempung Merah, Satuan Batugamping Abu-abu, Satuan Granit, Satuan Andesit, Satuan Breksi, dan Satuan Dasit. Batuan yang merupakan sedimen pengisi cekungan diantaranya Satuan Batupasir, Batulempung, Batugamping Putih dan Endapan Aluvial. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian pada umumnya memiliki arah yang sama dengan Pegunungan Meratus dengan arah NNE-SSW. Struktur geologi di daerah penelitian berupa sesar turun di daerah Gunungbatu dan Batuperahu dengan arah NNE–SSW, sesar naik yang terjadi di Daerah Tarungin, Sinklin dan Antiklin Batangbanyu dan Sesar Geser Hatungun.Perbedaan karakter pada cleat di batubara sangat umum terjadi. Berdasarkan pengamatan lapangan, perbedaan karakter cleat bisa terjadi secara lateral maupun vertikal. Perbedaan secara vertikal terjadi karena perbedaan komposisi (teramati dari tekstur) penyusun batubara.Cleat di daerah penelitian memiliki orientasi tegak lurus terhadap jurus di lokasi pengukuran, secara umum memiliki orientasi WWN-EES. Perbedaan karakter cleat di setiap lokasi pengukuran terjadi karena perbedaan umur singkapan yang ada. Selama tersingkap, batubara akan mengalami dehidrasi yang menyebabkan terjadinya rekahan.