digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fenomena penurunan tanah biasanya terjadi di daerah-daerah yang memiliki urban development yang tinggi seperti DKI Jakarta. Pemantauan dari fenomena penurunan tanah ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan metode geodetik yaitu survei sipat datar (levelling), survei GPS, survei gaya berat mikro, dan Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). Informasi-informasi mengenai penurunan tanah ini dapat digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan maupun pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kebumian serta hal-hal lainnya apabila disimpan serta digunakan secara tepat. Data-data spasial serta informasi pendukung dari penurunan tanah di Jakarta ini belum memiliki suatu sistem sebagai media pengelolaan data. Oleh karena itu dibutuhkan suatu basisdata untuk menyimpan data-data tersebut. Perancangan model basisdata untuk fenomena penurunan tanah ini terdiri dari tiga tahap yaitu perancangan basisdata konseptual, logikal, dan fisikal. Hasil perancangan basisdata kemudian disimpan pada perangkat lunak PostgreSQL/PostGIS sebagai Database Management System. Perangkat lunak GeoServer digunakan sebagai web-mapping server yang berperan sebagai sebuah gateway kepada kumpulan data geospasial dalam bentuk berkas/file, basisdata, maupun layanan lainnya yang kemudian diterjemahkan ke dalam protokol web service seperti Web Map Service (WMS), Web Feature Service (WFS), Web Coverage Service (WCS), dan lainnya. Meskipun data yang disimpan belum lengkap, namun sistem informasi geografis dari penurunan tanah ini masih dapat dibangun karena telah terdapat suatu basisdata yang memanipulasi bagaimana data-data yang belum tersedia tersebut dapat disimpan nantinya. Pembangunan suatu basisdata spasial yang kemudian ditampilkan dalam suatu aplikasi sistem informasi geografis berbasis web diharapkan dapat membantu dalam pengorganisasian data serta mempermudah pengaksesan dan pengorganisasian data-data spasial dari fenomena penurunan tanah di kawasan Jakarta.