digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah penelitian secara administratif berada di Distrik Ertsberg - Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua dan secara geografis, berada pada koordinat 736600 T – 738200 T dan 9548500 U – 9549300 U. Penelitian ini menggunakan data sampel inti (core) dari sembilan sumur, yaitu TEW03-28, TE03-25, TE05-15, TE07-13, TE07-14, TE09-08, TE16-03, DMLZ05-05, dan DMLZC07-01. Pengamatan megaskopis yang disertai analisis mikroskopis meliputi analisis petrografi, analisis mineragrafi, analisis NIR, dan analisis geokimia assay, dilakukan pada setiap sampel inti untuk menentukan zonasi ubahan dan mineralisasi daerah penelitian. Berdasarkan berbagai analisis tersebut, didapatkan hasil bahwa daerah penelitian tersusun dari tiga satuan batuan, dari tua ke muda yaitu: Satuan Batugamping-Serpih, Satuan Batugamping Dolomitan, dan Satuan Intrusi Diorit. Pada daerah penelitian terdapat delapan zona ubahan, yaitu: (1) Zona Dolomit-Kalsit-Pirit, (2) Zona Diopsid-Forsterit-Muskovit, (3) Zona Biotit-Feldspar-Kuarsa, (4) Zona Garnet-Biotit-Diopsid-Magnetit, (5) Zona Magnetit-Anhidrit, (6) Zona Tremolit-Aktinolit-Talk-Anhidrit, (7) Zona Serisit-Kalsit-Kuarsa, dan (8) Zona Anhidrit-Serisit. Proses mineralisasi yang terjadi pada daerah penelitian meliputi dua tipe, yaitu porfiri skarn dan pengayaan supergen. Proses mineralisasi tersebut membentuk tiga zona, yaitu: Zona Pirit-Kalkopirit-Pyrrhotit, Zona Kalkopirit-Bornit-Magnetit, dan Zona Bornit-Kovelit-Digenit. Batuan penyusun daerah penelitian merupakan batuan sedimen karbonatan berumur Kapur Akhir dan Paleosen yang diterobos oleh intrusi berumur Pliosen. Hal ini mengakibatkan terbentuknya Zona (1) oleh proses metamorfisme sebagai tahap awal proses skarnisasi. Fluida hidrotermal kalk-silikat yang kemudian datang saat tepi luar monzodiorit membeku, masuk melalui rekahan yang terbentuk akibat Sesar Ertsberg 1 dan mengoverprint Zona (1), membentuk zona-zona ubahan akibat metasomatisme bertahap. Zona yang terbentuk pada tahap retrogradasi awal adalah Zona (2), Zona (3), Zona (4), dan Zona (5). Fluida hirotermal yang telah bercampur dengan fluida meteorik menurunkan derajat keasaman dan suhu sehingga membentuk Zona (6) dan Zona (7). Penurunan daya larut dari fluida tersebut, kemudian mengendapkan Zona (8) di beberapa tempat dan terjadilah tahap retrogradasi akhir.