Sub-cekungan Palembang Selatan merupakan bagian dari Cekungan Sumatra Selatan yang terletak di sebelah selatan dan dikenal sebagai penghasil minyak utama di daerah Cekungan Sumatra Selatan. Sembilan belas sampel sedimen dan 20 sampel minyak mentah telah dijadikan obyek kajian untuk dipelajari karakteristiknya yang meliputi: analisis batuan induk dan biomarker.
Hasil analisis geokimia batuan induk menunjukkan bahwa batuan sedimen Formasi Lahat, Formasi Talangakar dan Formasi Gumai dapat menjadi batuan induk petroleum karena memiliki kesesuaian: kekayaan, tipe kerogen, dan kematangan termal material organik. Produk yang mungkin dapat dihasilkan batuan induk Formasi Lahat dan Formasi Gumai adalah gas, sedangkan Formasi Talangakar adalah campuran minyak dan gas.
Biomarker yang hadir di dalam sampel sedimen dan sampel minyak mentah dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang: asal material organik, lingkungan pengendapan, kematangan termal, korelasi batuan induk dengan minyak, dan biodegradasi (sampel minyak). Analisis biomarker dilakukan terhadap seluruh sampel batuan dan minyak mentah. Enam sampel minyak mentah diduga telah mengalami gejala biodegradasi.
Program HCA (Hierarchical Cluster Analysis) dan PCA (Principle Component Analysis) yang terdapat dalam peranti-lunak Minitab versi 10 telah digunakan sebagai alat bantu analisis data multi-variabel (data geokimia, data biomarker, dan data isotop karbon) untuk tujuan korelasi batuan induk dengan minyak. Dendogram basil analisis HCA yang menggunakan 15 variabel menunjukkan bahwa seluruh sampel yang dianalisis dapat dipisahkan menjadi 5 klaster. Klaster-1 dan klaster-2 ditempati oleh sekelompok sampel sedimen Formasi Lahat dan Formasi Talangakar, sedangkan klaster-3 adalah gabungan sampel sedimen Formasi Talangakar dan 1 sampel minyak mentah. Hampir seluruh sampel minyak mentah berkumpul di klaster-4 dan klaster-5.
Serpih SPS-21 dan SPS-24 Formasi Talangakar yang diendapkan di lingkungan lakustrin diduga merupakan batuan induk pembentuk minyak bumi yang berada di reservoir Talangakar dan Baturaja. Meskipun karakter minyak mentah di reservoir Air Benakat dan Muara Enim agak berbeda, namun diperkirakan dihasilkan oleh batuan induk yang sama.