Permasalahan energi di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi nasional. Kondisi tersebut diperburuk lagi dengan ketergantungan energi nasional yang tinggi terhadap energi fosil yang cadangannya semakin terbatas dari tahun ke tahun. Telekomunikasi sebagai salah satu sektor yang berkembang pesat seiring kemajuan Indonesia menjadi salah satu sektor yang sangat bergantung pada energi fosil. Hal ini terjadi terutama untuk menara pemancar yang berada jauh dari sumber listrik, saat ini masih sangat bergantung pada energi fosil.
Menyikapi isu energi, para penyedia alat telekomunikasi banyak yang mulai mengembangkan sebuah Base Tranceiver Station (BTS) yang lebih ramah lingkungan. Dengan kunci pengembangannya adalah dengan menekan konsumsi daya yang dibutuhkan. Pengembangan ini lebih dikenal dengan istilah Green-BTS.
Angin sebagai salah satu energi terbarukan memiliki potensial yang tinggi untuk digunakan sebagai pembangkit pada sebuah menara BTS. Struktur menara yang tinggi menjadikan potensi tersebut semakin tidak terbantahkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan upaya pemanfaatan energi angin sebagai pembangkit pada sebuah menara Green-BTS.
Penelitian ini mengangkat turbin angin tipe Darrieus dengan modifikasi puntir sebagai alat pengkonversinya. Tahap perancangan maupun pembuatan ditujukan untuk prototipe. Dengan perhitungan daya teoritis pada prototipe memenuhi kebutuhan listrik minimal untuk sebuah menara Green-BTS. Oleh karena itu, diharapkan nantinya penggunaan energi angin sebagai pembangkit listrik pada menara BTS dapat terwujud.
Sedangkan tahap pengujian dilakukan terhadap sebuah model dengan ukuran skala 1:6 pada sebuah terowongan angin sub-sonic. Hasil pengujian terowongan angin menunjukkan turbin angin dapat bergerak mandiri pada kecepatan angin 8 m/s. Selain itu juga, diperoleh faktor daya maksimum adalah sebesar 0,125% pada kecepatan angin 14 m/s.