Distribusi minyak dan gas mayoritas masih menggunakan pipeline, terutama buried pipeline. Buried pipeline memiliki tantangan terbesar dalam operasinya, yaitu adanya masalah korosi, yang dapat mempengaruhi integritas pipeline. Korosi pada pipeline harus dikendalikan, metode perlindungan korosi pada pipeline yang sering digunakan adalah anoda korban (sacrificial anode/galvanic anode) dan arus tanding (impressed current), coating, inhibitor, dan proteksi anodik. Dalam tugas akhir ini, dilakukan perancangan proteksi katodik terhadap korosi pada pipa penyalur gas onshore dan offshore menggunakan metode anoda korban (sacrificial anode) yang berdasarkan pada NACE (National Association and Coorosion Engineers). Pipa penyalur gas yang dijadikan studi kasus dalam tugas akhir ini adalah pipa penyalur gas dari Pulau Simenggaris menuju Pulau Bunyu di Kalimantan Timur sepanjang 63000 m, onshore dan offshore. Hasil perancangan dalam tugas akhir ini, dengan umur desain 25 tahun, menunjukkan bahwa jika dilakukan proteksi dengan impressed current cathodic protection kebutuhan jumlah anoda MMO titanium yang dipasang secara vertikal, pada sistem pipa buried pipeline dari Pulau Simenggaris menuju selat tapa sebanyak 22 buah, tegangan rectifier 81,63 Volt sedangkan untuk sistem pipa buried pipeline dari Selat Mintut – Pulau Bunyu sebanyak 18 buah, tegangan rectifier 66,93 Volt. Untuk metode anoda korban (galvanic anode) sistem pipa offshore dengan tipe anoda aluminium bracelet membutuhkan jumlah anoda sebanyak 167 buah dengan berat masing-masing 24,3 kg, berat total berdasarkan perhitungan sebesar 3996,42 kg. Dalam perancangan proteksi katodik ada beberapa parameter yang harus diperhatikan secara detail, antara lain rapat arus, kualitas coating, tahanan anoda, dll. Tugas sarjana ini juga mengembangkan sebuah calculation sheet yang berguna agar perhitungan lebih mudah.