PT.Telkom Tbk, sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia mendirikan suatu
unit organisasi didalam perusahaannya sesuai dengan isi Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT.Telekomunikasi Indonesia TBK. No: KD.50/PS150/COP/B0030000/2006 Tentang Organisasi Pusat Layanan Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Produksi Perusahaan, unit organisasi ini dinamakan
Maintenance Service Center (MSC) yang selanjutnya disebut Telkom MSC. Agar dapat tetap mempertahankan eksistensinya, Telkom MSC diharapkan dapat selalu bergerak cepat dalam menangani setiap permasalahan yang dihadapi perusahaan induknya dalam hal ini , PT.Telkom Tbk. Sesuai dengan ruang lingkup kerja yang telah ditetapkan dalam keputusan direksi tersebut, Untuk mengatasi tantangan dalam lingkungan bisnis dan menjaga daya saing, TELKOM sedang memasuki proses transformasi. Sebagai salah satu unit bisnis pendukung Telkom MSC dituntut untuk menjawab proses transformasi tersebut dengan memformulasikannya ke dalam bentuk strategi bisnis. Salah satu langkah strategis yang dapat diterapkan adalah dengan melaksanakan praktek corporate
entrepreneurship dalam perusahaan. Dengan menerapkan budaya entrepreneurial, atau lebih dikenal dengan corporate entrepreneurship, agar dapat menerapkan budaya entrepreneurial yang baik di Telkom MSC, maka kepemimpinan yang mendukung perilaku entrepreneurship tersebut tentunya diperlukan. Untuk itu dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
entrepreneurial leadership di Telkom MSC. Penelitian tersebut menggunakan instrument penelitian yang dikembangkan oleh Neal Thorberry (2006) yaitu Entrepreneurial Leadership Questionaire (ELQ). Dari hasil kuesioner menunjukkan adanya jarak antara perilaku entrepreneurial leadership yang diharapkan dengan apa yang diharapkan oleh para pegawainya. Hasil perhitungan dan analisis dari kuesioner ELQ menunjukan bahwa terdapat kesenjangan antara tingkat perilaku entrepreneurial leadership yang dianggap penting (I) oleh karyawan dan tingkat keseringan (F) perilaku yang dilakukan oleh para pimpinannya berdasarkan persepsi dari karyawannya. Berdasarkan hasil tersebut terlihat kualitas entrepreneurial leadership di Telkom sebenarnya telah cukup baik dengan tingkat pemenuhan (F/I) hampir 80% kecuali tipe Integrator yang besaran nilainya cukup jauh (77.06%). Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis kuesioner ELQ dan kaitannya dengan isu bisnis yang dihadapi, maka dibuatlah suatu rancangan
rekomendasi yang intinya meliputi program pendidikan entrepreneurial secara berkala, pengadaan acara yang dapat meningkatkan kerjasama tim, reevaluasi keputusan yang masih dipertanyakan kelayakannya, penyederhanaan sistem, dan dukungan terhadap pegawai agar lebih kreatif dengan sistem reward dan punishment.