digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Serat kitosan merupakan salah satu serat yang berpotensi untuk diaplikasikan menjadi benang operasi monofilamen yang terserap. Pembuatan serat kitosan telah dilakukan di Indonesia, namun belum memenuhi standar limits on needle attachment berdasarkan United States Pharmacopeia (USP). Untuk meningkatkan kualitas serat kitosan, beberapa upaya yang memungkinkan adalah dengan mengatur waktu demineralisasi dan merendam serat dalam metanol. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian pengaruh waktu demineralisasi dan perendaman metanol terhadap diameter, sifat tarik dan ketahanan degradasi enzimatik dari kitosan. Serat kitosan dibuat dengan menggunakan bahan baku udang windu. Variasi proses demineralisasi dalam sintesis kitosan adalah 1 kali dan 3 kali dua jam. Serat kitosan dibuat dengan metode wet spinning. Karakterisasi sifat kimia dan struktur serat kitosan dilakukan dengan menggunakan FTIR dan XRD. Karakterisasi sifat fisik yang dilakukan adalah penimbangan berat, pengukuran diameter serat, perhitungan densitas, dan pengukuran viskositas. Uji tarik dilakukan untuk analisis kekuatan tarik dan keuletan. Uji degradasi in vitro dilakukan untuk analisis ketahanan degradasi. Serat kitosan berhasil dibuat dengan diameter 330-460 μm dan gaya rata-rata sebesar 5,97-8,66 N, sehingga masuk kategori benang operasi USP nomor 0 dan 1. Data menunjukkan bahwa perendaman metanol dapat meningkatkan kekuatan tarik serat kitosan sebesar 39 MPa (80,6%), namun ketahanan degradasi meningkat sebesar 18,32%. Peningkatan ini terjadi akibat terjadinya perubahan struktur kitosan dari struktur terhidrasi ke struktur anhidrat oleh karena perendaman metanol, dimana terjadi peningkatan derajat kristalinitas. Peningkatan kekuatan tarik juga disebabkan oleh pengecilan diameter akibat perendaman metanol. Dengan penambahan waktu demineralisasi dari 1x2 jam menjadi 3x2 jam, terjadi penurunan kekuatan tarik sebesar 50,5 MPa (52,3%) dan penurunan ketahanan degradasi sebesar 7,1%. Penurunan ini terjadi akibat kitosan terdegradasi pada saat demineralisasi dilakukan selama 2x3 jam.