Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berlangsung beberapa tahun ini, telah mendorong peningkatan kepemilikan kendaraan pribadi pada masyarakat Indonesia terutama sepeda motor. Pertumbuhan sepeda motor yang berlangsung beberapa tahun ini akan sangat mempengaruhi kondisi lalu lintas di jalan raya, terutama pada persimpangan bersinyal. Berbagai model telah dikembangkan untuk menganalisis kinerja simpang bersinyal seperti model MKJI maupun Webster. Meskipun model-model deterministik seperti ini tidak bisa digunakan untuk mengukur kinerja simpang pada kondisi jenuh. Model microsimulation yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan salah satu model yang mampu mendekati dan menganalisis kinerja simpang dalamkondisi simpang bersinyal dalam kondisi jenuh. Tahap awal dari penelitian ini diarahkan pada proses pemodelan simpang bersinyal dalam kondisi eksisting. Untuk menguji apakah model yang dibangun mendekati kenyataan yang ada digunakan pengujian students-t dengan tingkat akurasi 5 persen. Dari hasil pengujian dengan t-test diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara model microsimulation dan observasi lapangan dari sisi arus lepas dan jumlah kendaraan berhenti per satuan waktu. Selain validasi menggunakan t-test, validasi visual terhadap konfigurasi kendaraan di simpang menjadi salah satu ukuran validitas model microsimulation. Setelah model dianggap valid maka tahapan adalah menganalisis kinerja simpang bersinyal terutama parameter tundaan rata-rata. Dari hasil simulasi, tundaan yang dialami oleh mobil penumpang akan semakin besar seiring dengan meningkatnya proporsi jumlah sepeda motor. Hal ini disebabkan semakin sulitnya mobil penumpang untuk lepas dari simpang bersinyal sebagai akibat terhalang besarnya proporsi sepeda motor di simpang bersinyal. Selain itu pada penelitian ini dilakukan pula simulasi penanganan simpang dengan skenario ruang henti khusus sepeda motor, lajur khusus sepeda motor dan waktu hijau khusus sepeda motor. Dari hasil simulasi, skenario ruang hanti khusus sepeda motor dapat mengurangi tundaan rata-rata yang dialami oleh sepeda motor dan mobil pribadi. Sementara skenario lajur khusus sepeda motor hanya mengurangi tundaan rata-rata yang dialami oleh mobil penumpang dan menambah tundaan yang dialami sepeda motor. Kondisi sebaliknya terjadi ketika diterapkan skenario waktu hijau khusus dimana tundaan yang dialami sepeda motor berkurang, namun tundaan rata-rata yang dialami oleh mobil penumpang bertambah.