Abstrak :
Daerah penelitian terletak di daerah Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dan berada pada 07 13 0 S - 07 53 30 LS dan 110 34 30 BT - 110 38 00 BT dengan luas daerah sekitar 35 km2. Secara regional daerah penelitian terletak di Zona Kendeng yang merupakan suatu antiklinorium berarah barat-timur dan mengalami proses perlipatan dan penyesaran yang intensif sejak Pliosen Akhir. Berdasarkan pemetaan geologi, daerah penelitian terdiri atas empat satuan geomorfologi yaitu satuan perbukitan lipatan, satuan perbukitan vulkanik, satuan dataran bergelombang dan satuan dataran aluvial serta empat satuan batuan yaitu satuan perselingan napal dan batulempung berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir, satuan konglomerat berumur Pleistosen Tengah, satuan breksi vulkanik berumur Pleistosen Akhir dan satuan endapan aluvial berumur Resen. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa perlipatan dan sesar naik yang berarah relatif barat-timur serta sesar mendatar yang berarah barat laut-tenggara. Struktur yang ada dibentuk oleh gaya-gaya kompresi yang relatif berarah NNW-SSE. Fenomena rembesan minyak dan gas yang ada kemungkinan berkaitan dengan struktur geologi di daerah penelitian.
Sebanyak tujuh sampel singkapan batuan dari satuan perselingan napal dan batulempung Formasi Kerek, tiga sampel batuan Formasi Pelang, dua sampel rembesan minyak (Galeh dan Gunung Bantal) dan satu sampel rembesan gas Gunung Kendil telah diambil selama kegiatan pemetaan geologi. Analisis geokimia seperti analisis TOC dan pirolisis Rock Eval untuk sampel batuan, analisis kromatografi gas (GC) dan kromatografi gas spektrometer massa (GCMS) untuk analisis biomarker dilakukan pada sampel batuan dan minyak serta analisis karbon isotop stabil untuk sampel gas. Satu sampel minyak yaitu rembesan minyak Gunung Bantal telah terbiodegradasi berat sehingga sulit dianalisis.
Evaluasi batuan induk terhadap Formasi Kerek dan Formasi Pelang didapatkan bahwa kedua formasi ini mempunyai kemungkinan berpotensi sebagai batuan induk, belum matang, kerogen tipe III dan cenderung menghasilkan gas, sedangkan dari analisis biomarker, kedua formasi ini mempunyai material organik campuran antara darat dan laut tetapi Formasi Kerek lebih dominan material organik darat serta keduanya belum matang. Lingkungan pengendapan keduanya adalah laut terbatas, tetapi tingkat oksisitas Formasi Pelang lebih rendah (suboksik) daripada Formasi Kerek (oksik).
Analisis biomarker terhadap minyak Galeh menunjukkan bahwa minyak Galeh terbentuk oleh batuan induk pada kematangan awal, material organiknya campuran, batuan induk klastik (?) berumur tersier dan lingkungan pengendapannya laut terbatas dengan kandungan oksigen suboksik.
Berdasarkan analisis geokimia terhadap kematangan, lingkungan pengendapan, material organik dan umur, batuan induk minyak Galeh relatif tidak berkorelasi dengan Formasi Kerek karena tipe material organik dan lingkungan pengendapannya relatif berbeda. Minyak Galeh lebih berkorelasi dengan Formasi Pelang karena karakteristik geokimianya menunjukkan kesamaan. Namun, karena tingkat kematangan Formasi Pelang belum cukup untuk membentuk hidrokarbon sehingga diperkirakan minyak Galeh berasal dari Formasi Pelang dengan posisi stratigrafi lebih dalam.
Berdasarkan analisis isotop karbon stabil dan isotop deuterium dari gas Gunung Kendil didapatkan bahwa gas Gunung Kendil termasuk ke dalam gas termogenik yaitu gas yang terbentuk akibat kematangan termal yang tinggi. Gas Gunung Kendil terbentuk pada kematangan dengan nilai Ro antara 1 persen dan 1,2 persen dan berasal dari material organik campuran antara darat dan laut. Oleh karena itu, gas Gunung Kendil mempunyai material organik yang mirip dengan Formasi Pelang dan Formasi Kerek tetapi tingkat kematangan yang tinggi menyebabkan Formasi Kerek mempunyai peluang yang kecil sebagai batuan induknya. Jadi, batuan induk untuk gas Gunung Kendil kemungkinan berasal dari Formasi Pelang di bagian lebih dalam yang mengalami kematangan lanjut. Mungkin setelah mengeluarkan minyak Galeh lalu minyak yang masih tertinggal dalam formasi ini mengalami kematangan lanjut sehingga minyak yang ada menjadi gas yang kemudian muncul sebagai rembesan gas di Gunung Kendil.