digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pipeline menerima berbagai kondisi akibat pengaruh beban tegangan, fluida yang didistribusikan, maupun lingkungan yang dilewati oleh pipeline tersebut selama beroperasi. Semua kondisi yang diterima ini seiring dengan waktu akan memiliki potensi untuk menyebabkan kegagalan pada pipeline. Dengan mengetahui tingkat resiko pada bagian tertentu pada pipeline maka jenis inspeksi dan interval pelaksanaannya dapat ditentukan agar kondisi pipeline dapat diketahui dengan lebih yakin. Pada tugas sarjana ini dilakukan penentuan jenis dan waktu inspeksi untuk pipeline berdasarkan tingkat resiko yang sudah diketahui. Pipeline yang ditinjau adalah pipeline untuk transmisi gas dari Suban menuju Grissik. Pipeline untuk transmisi ini terdiri dari lima flowline (jalur distribusi dari sumur produksi ke stasiun pengumpul), yaitu Suban #2 Well, Suban #3 Well, Suban #4 Well, Suban #6 Well, dan Suban DM#2 Well. Kemudian trunkline (jalur distribusi antar stasiun pengumpul), yaitu Suban Station ke Grissik CGP untuk kondensat dan Suban Station ke Grissik CGP untuk gas. Dari analisis studi kasus didapatkan metode yang tepat untuk inspeksi pipeline Suban-Grissik adalah intelligent pigging, ROW survey, CP monitoring, dan LRUT sebagai alternarif jika tidak dilakukan pigging. Untuk pigging, interval inspeksi ditentukan sama untuk semua jalur pipeline,yaitu 5 tahun. Pada ROW survey interval inspeksi paling lama adalah 6 bulan, yaitu pada 8” Suban station-CGP dan Suban #3, interval paling singkat adalah 3 bulan yaitu pada 8” Suban station-CGP. Sedangkan CP monitoring memiliki interval inspeksi paling lama 5 tahun, yaitu pada 8” Suban station-CGP, 26” Suban station-CGP, dan Suban #3 serta interval paling singkat adalah 1 tahun, yaitu pada 8” Suban station-CGP, 26” Suban station-CGP, Suban #2, Suban #4, Suban #6, dan DM #2. LRUT memiliki interval terlama 5 tahun, yaitu pada 8” Suban station- CGP. Sedangkan yang paling singkat adalah 2 tahun pada Suban #3 dan DM #2.