digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gempa dan tsunami yang terjadi pada tahun 2004 di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan sekitarnya, merupakan salah satu bencana alam yang sangat besar. Bencana ini mengakibatkan kerusakan berbagai macam infrastruktur yang ada. Untuk itu, mitigasi bencana alam diperlukan sebagai tindakan preventif jika suatu saat terjadi pengulangan suatu bencana. Salah satu cara untuk melakukan mitigasi ialah mempelajari tahap post-seismic dari suatu siklus gempa. Dengan mempelajari tahap post-seismic diharapkan dapat melihat kemungkinan terjadinya pengulangan gempa dan mengetahui besarnya pergeseran yang terjadi sehingga dapat dijadikan evaluasi potensi gempa di masa yang akan datang sebagai upaya dalam mitigasi bencana. Pengamatan post-seismic dapat dilakukan dengan metode survey GPS. GPS dapat memberikan nilai vektor pergeseran dengan tingkat presisi sampai beberapa milimeter. Penggunaan GPS dalam studi post-seismic adalah tindakan yang tepat, karena ketelitian pergeseran posisi yang dicari adalah dalam level milimeter. Berdasarkan pengamatan tahun 2007 sampai 2009, besar pergeseran akibat post-seismic gempa tsunami Aceh 2004, berkisar antara 5 sampai 15 cm pertahun. Berdasarkan penghitungan model, nilai deformasi post-seismic pada bidang gempa yaitu sebesar 35 cm pertahun.