Wilayah barat Sumatera merupakan wilayah yang sangat rawan terhadap gempabumi karena posisinya di sepanjang jalur subduksi dua lempeng bumi, yaitu lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Gempa Simeulue Mw 7.4 pada 20 Februari 2008 terjadi sebagai akibat pergerakan Lempeng Indo-Australia yang menujam ke bawah Lempeng Eurasia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memahami mekanisme pada saat terjadinya gempa yaitu dengan melakukan studi deformasi koseismik yang mengiringi gempa tersebut. Dengan memanfaatkan teknologi GPS berketelitian tinggi, maka dapat dideteksi terjadinya deformasi koseismik pada permukaan bumi yang ditunjukkan oleh respon pergeseran posisi stasiun GPS pada periode waktu tertentu. Berdasarkan analisis data time series pengamatan stasiun GPS, maka akan dapat dihitung vektor pergeseran koseismik akibat gempa tersebut.