Salah satu program dalam manajemen reservoir panas bumi adalah dengan menginjeksikan kembali fluida panas bumi ke dalam reservoir setelah fluida tersebut dimanfaatkan. Tanpa reinjeksi produksi uap akan cepat turun dan temperatur fluida produksi pun ikut turun, menyebabkan energi listrik yang dihasilkan berkurang. Dengan dilakukan reinjeksi tekanan reservoir dapat terjaga dan penurunan temperatur pun diharapkan tidak terlalu cepat sehingga memberikan dampak positif terhadap eksploitasi panas bumi kedepannya. Sayangnya reinjeksi dapat menimbulkan dampak negatif terhadap reservoir, yaitu adanya kemungkinan pendinginan di sumur produksi (thermal breakthrough). Untuk itu perlu dilakukan re-evaluasi terhadap proses reinjeksi yang telah dilakukan. Data tracer test dapat digunakan untuk meneliti terjadinya thermal breakthrough. Dan dengan menggunakan model aliran satu dimensi, penurunan temperatur sumur produksi dapat diprediksi. Tracer test telah dilakukan di lapangan Kamojang dengan menginjeksikan zat perunut Tritium ke dalam sumur injeksi KMJ-15. Data tracer test tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi penurunan temperatur pada sumur produksi di sekitar sumur injeksi KMJ-15. Hasil dari analisa data tracer test menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan laju injeksi terhadap laju produksi, maka semakin besar pula laju penurunan temperature di sumur produksi.